SUMEDANG, (KAPOL).- Dengan upaya mengurangi angka stunting (gagal tumbuh) kembali dilakukan oleh Dokter Muda dari Pelayanan Kesehatan Masyarakat – Universitas Kristen Indonesia (PKM – UKI) angkatan VII, di Aula Dinas Kesehatan Senin (2/9)
Ketua PKM UKI Angkatan VIII, Eriza Luthfiansyah, mengatakan dengan mengusung tema Indonesia tanpa stunting (Insting), kali ini dokter muda yang dilibatkan sebanyak 39 orang.
Dokter muda ini masing-masing akan ditempatkan 3-4 orang di setiap desanya.
Mereka akan melakukan intervensi ke 10 Desa yang ditetapkan oleh tim penanganan dan penanggulangan kemiskinan TNP2K yang dikomandoi oleh Wapres Jusuf Kalla.
“Kita akan melakukan pra konsepsi kepada masyarakat awam. Sehingga upaya intervensi yang kita lakukan kali ini betul-betul lebih awal seperti ke siswa/i SMP-SMA, kita akan edukasi lebih awal,” ucapnya.
Menurut Eriza, intervensi yang dilakukan bukan hanya sekedar penyuluhan kepada warga maupun pelajar.
Namun pihaknya akan mencari alternatif penyuluhan lainnya supaya betul-betul diterapkan.
“Kita akan berikan nutrisi untuk mengurangi resiko, sanitasi kesehatan lingkungan, memberikan penyuluhan, juga dengan cara yang lebih menyenangkan,” ujarnya.
Karena sekarang kita lebih dekat dengan desa, jadi kita tinggal di desa, apa kekurangannya, membiasakan gerakan mawas diri. Jadi lebih ingin mengetahui apa saja masalahnya.
Sementara Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kedokteran UKI, dr. Sudung Nainggolan mengatakan, PKM UKI Angkatan VIII merupakan upaya tindak lanjut dasi pidato kenegaraan presiden RI mengenai target penurunan angka stunting Nasional.
Adapun data hasil riset kesehatan daerah tahun 2013, angka stunting Di Sumedang tercatat sebesar 41 persen.
Sedangkan saat ini menurut Kabid Kesmas Dinas Kesehatan, dr. Uyu Wahyudin angka stunting berkurang menjadi 31,4 persen.
“Jadi kalau ada 100 anak yang lahir, mungkin 40 diantaranya stunting. Sehingga kita targetkan tahun 2023 nanti diharapkan dibawah target WHO. Sedangkan Pa Bupati itu tahun 2023, angka stunting turun menjadi 17 persen, mudah-mudahan kekejar oleh kita,” katanya.
Dijelaskannya, PKM angkatan VIII memiliki bidang penanganan yang lebih spesifik, yakni menyisir di lebih ke hulu permasalahan atau pra konsepsi, jadi lebih ke remaja putri.
Adapun lebih spesifiknya lanjut Sunu, pertama adalah siapa yang terdaftar di KUA untuk yang menikah. Kedua, siapa remaja putri yang sekarang duduk di kelas 3 SMP dan SMA, itu akan diukur hemoglobin (anemi).
“Kalau kita sudah mendeteksi remaja putri ini lebih kepada anemi kita bantu, kita kumpulkan datanya untuk penanganan anemia-nya dulu. Karena suatu saat dia melahirkan, potensi gejala stunting bisa dibendung lebih awal. Jadi berat badan bayi normal (normal beratnya 2500 gram), jika kurang dari itu beresiko sehingga buruh intervensi,” ungkapnya. (KP-02)***