Bupati Sumedang, H. Dony Ahmad Munir menjadi satu dari dua narasumber dari unsur Kepala Daerah pada acara talkshow Festival Literasi Indonesia (FLI) dalam rangka memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) ke-54 Tingkat Nasional Tahun 2019 yang digelar di Lapang Karebosi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/9/2019).
Bersama dengan Wakil Wali Kota Tegal, Muhammad Jumadi, Bupati Sumedang diadulat untuk berbicara praktik baik pemerintahan daerah terkait kebijakan dan implementasi Literasi Masyarakat.
Dalam paparannya, Bupati H. Dony Ahmad Munir menjelaskan berbagai program dan kegiatan Pemkab Sumedang dalam mendukung gerakan literasi di masyarakat, termasuk kebijakan pro literasi yang berawal dari pemahaman pemerintah itu sendiri akan arti penting literasi.
“Yang pertama dan paling utama adalah adanya komitmen yang kuat dari pemimpin (pemerintah) akan pentingnya gerakan ini. Selanjutnya disusun kebijakan yang mendukung gerakan tersebut,” ujar Bupati.
Langkah berikutnya, lanjut Bupati, adalah dengan merangkul para pegiat literasi dan memberi mereka ruang dan apresiasi.
“Para pegiat literasi ini adalah ‘manusia langka’ jadi harus ‘dilestarikan’, dalam arti harus betul-betul diperhatikan,” kata Bupati yang disambut tawa peserta talkshow.
Salah satu bentuk apresiasi tersebut, kata Bupati, adalah dengan diberi kehormatan sebagai penerima anugerah literasi dalam event-event kolosal.
“Atas segala perjuangan dan pengorbanan relawan literasi, kita kasih apresiasi sehingga tidak merasa ‘sendirian’ dalam usahanya. Dengan demikian, akan terus bersemangat dalam menularkan gerakan ini kepada masyarakat,” katanya.
Dikatakan Bupati, sampai saat ini jumlah Taman Baca Masyarakat (TBM) mencapai 54 sedangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ada 56.
“Pada Tahun 2019 ini kami menargetkan 10.000 warga yang putus sekolah didata untuk bisa belajar kembali dengan menggandeng PKBM yang ada. Bahkan, para Kadis terkait rajin memantau dan melaporkan ‘progress’ program ini,” kata Bupati.
Bupati juga sedang merancang Perbup yang mengamanatkan agar dalam Dana Desa dianggarkan pembangunan perpustakaan di tiap desa.
“Ini adalah bentuk komitmen Pemda untuk mengarahkan kebijakan yang sesuai dengan gerakan literasi. Bahkan mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, sampai desa telah ada Bunda Literasi yang sekaligus sebagai Ketua TP PKK,” ujarnya.
Bentuk dukungan lainnya adalah dengan dijadikannya kawasan wisata Buricak Burinong di Cisema Jatigede sebagai Kampung Literasi dan menjadi pusat berbagai kegiatan literasi.
“Melalui literasi, warga terdampak bendungan Jatigede ini bisa teredukasi sehingga menunjang kehidupan kesehariannya. Beberapa waktu lalu, Jambore Literasi dipusatkan di tempat jni. Semoga Kampung Buricak Burinong ini bisa menjadi ‘role model’ Kampung Literasi se Indonesia,” tutur Bupati.
Pemkab Sumedang juga aktif memfasilitasi hadirnya pojok-pojok baca yang mudah diakses oleh masyarakat di tempat-tempat umum.
“Di berbagai fasilitas umum seperti di mall, alun-alun, dan mesjid sudah ada pojok baca. Malahan rencananya di salaha satu sudut Alun-aljn Sumedang yang sekarang dalam proses penataan akan ada perpustakaan termegah dan menjadi kebanggaan warga Sumedang,” imbuh Bupati.
Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Harris Iskandar yang juga hadir sebagai pembicara mengapresiasi usaha Pemkab Sumedang atas komitmennya mendukung gerakan literasi di daerah.
“Capaian program literasi dasar atau pemberantasan buta huruf secara nasional sudah di angka 98 %. Target kita di Tahun 2030 sudah 100 %. Tapi apabila semua kepala daerahnya seperti Sumedang dan Tegal, kita tidak tidak harus menunggu sampai Tahun 2030 untuk bisa mewujudkannya,” tutur Dirjen disambut tepuk tangan hadirin.
Dikatakan Harris, setiap daerah dituntut menemukan cara-cara baru yang lebih strategis dalam memberantas buta aksara dan mengembangkan literasi.
“Tentu tidak ada cara yang sama. Masing – masing (daerah) tentu punya kebutuhan yang berbeda sehingga ‘treatment’-nya berbeda pula. Tidak bisa hanya ‘copy and paste’,” terangnya.
Sejalan apa yang disampaikan Bupati Sumedang, Dirjen pun menganggap peranan para pegiat literasi sangat vital dalam meningkatkan indeks melek aksara di masyarakat yang butuh sokongan semua pihak.
“Para relawan literasi ini adalah tulang punggung gerakan dalam melakukan penetrasi virus-virus baik ke masyarakat sampai ke pelosok-pelosok. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang masif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, para pegiat literasi, dan unsur swasta demi suksesnya gerakan literasi ini,” kata Dirjen.
FLI sendiri berlangsung selama empat hari dari Hari Kamis sampai Minggu, 5 – 9 September 2019 yang diprakarsai oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan pada Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud.
Peringatan HAI ke-54 yang bertemakan “Ragam budaya Lokal dan Literasi Masyarakat” tersebut diisi dengan berbagai agenda mulai dari FLI Goes to Campuss, Bedah Buku, Aksi dan Pagelaran Literasi, Workshop Menulis Cerpen dan Puisi, Penghargaan TBM Kreatif, Uji Kompetensi Massal, Pameran PKBM dan LKP, Festival Seni dan Budaya, dan Bazaar Buku. (KP-15)***