KAPOL.ID – Kalangan santri di seluruh Indonesia gegap gempita memperingati Hari Santri Nasional. Seperti di Kabupaten Tasikmalaya, ribuan santri memenuhi lapangan Alun-alun Manonjaya, Rabu (22/10/2025).
Ribuan santri itu mengikuti Apel Hari Santri Nasional 2025, bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. Perwakilan dari berbagai Ormas keagamaan Islam juga turut serta di dalamnya.
Di hadapan ribuan santri itu, Bupati Tasikmalaya menyampaikan amanat, sebagaimana amanat Menteri Agama Republik Indonesia. Salah satunya, bahwa “Santri harus istikomah dalam menjaga tradisi sekaligus familiar dengan inovasi.”
Adapun alasan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menggelar Apel Hari Santri di luar kompleks perkantoran pemerintah; Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin menegaskan bahwa itu bagian dari komitmennya.
“Sesuai komitmen saya dari awal, bahwa akan menggelar momen PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional, Red.) dengan cara berkeliling ke daerah-daerah. Maulid Nabi waktu lalu, di Ciawi. Sekarang, Hari Santri, di Manonjaya,” ujar Cecep.
Memilih lapangan Manonjaya juga terdorong dengan latar sejarah. Pasalnya, Alun-alun Manonjaya terletak berdekatan dengan Masjid Besar yang bersejarah di Kabupaten Tasikmalaya. Pemerintah Pusat bahkan sudah menetapkannya sebagai salah satu cagar budaya, sejak 1999.
Sementara pesan lebih jauh yang Cecep sampaikan antara lain santri harus mulai adaptif dengan perkembangan zaman. Seperti dewasa ini, zaman digital.
“Jadi, Hari Santri harus menjadi momentum kebangkitan santri untuk mengisi dakwah di ranah digital, bukan hanya di ruang-ruang publik yang offline. Harus online juga,” pesan Cecep.
Dengan massifnya dakwah digital, bagi Cecep, setidaknya konten-konten yang terupload di jagat maya bukan hanya konten-konten yang tidak mendidik. Seperti ghibah bahkan caci maki.
Di sisi lain, zaman digital juga menjadi tantang berat bagi dunia santri. Sebab apapun bisa menjadi isu dan sorotan publik luas. Termasuk yang menyangkut kebersihan hingga manajemen pesantren.
“Saya yakin, kecintaan dan hormat serta khidmat para santri kepada guru atau kiai saat ini juga tidak terbatas. Tradisi itu mari kita jaga. Kalaupun ada kekurangan, mari perbaiki. Manajemen pesantren juga mari kita perbaiki,” ajak Cecep.
Proses perbaikan itu sebuah keniscayaan, sebab Cecep percaya betul bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan sekalipun ada yang mengkritik, anggap saja kritikan konstruktif. Supaya semakin dewasa dan kuat. Tidak harus menjadikan mental runtuh.
“Kalau ada kritikan, itu biasa-biasa saja. Hadapi saja dengan tenang, dengan baik. Santri terus belajar. Karena tidak ada tangga kesuksesan kecuali pendidikan,” pungkas Cecep.
Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment
Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltv
Portal Web : https://kapol.tv/
Portal Berita : https://kapol.id/
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Twiter : https://twitter.com/kapoltv












