KANAL

Dokter Muda FK UKI, Sambangi Desa Ikut Cegah Stunting

×

Dokter Muda FK UKI, Sambangi Desa Ikut Cegah Stunting

Sebarkan artikel ini

 

SUMEDANG, (KAPOL). – Dalam rangka melaksanakan Praktek Kesehatan Mahasiswa (PKM), sejumlah dokter muda dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Kristen Indonesia (UKI) kembali melakukan penelitian, penyuluhan, dan pemberian makanan tambahan di 10 Desa se-kabupaten Sumedang.

Sedikitnya 44 Dokter Muda UKI ini akan dibagi dalam 10 kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 orang yang akan dibagi di 10 Desa prioritas tersebut selama 12 hari kedepan.

Dengan mengusung tema Bersatu  serangkaian penelitian pun akan dilakukan baik kepada Ibu Hamil, Ibu melahirkan sampai remaja pra nikah.

Dengan tujuan penelitian ini diantaranya, untuk melakukan intervensi guna mencegah potensi gejala ‘stunting’ pra konsesi balita umur 2 tahun.

Kepala Departemen Kesmas Fakultas Kedokteran UKI, dr. Sudung Nainggolan mengatakan, kedatangan para PKM Teladan FK UKI ini merupakan yang kelima kalinya, setelah sebelumnya pada bulan November 2018 lalu, sebelumnya pihaknya juga melakukan serangkaian PKM serupa.

“Seperti yang telah dilakukan sebelumnya, selama lima tahun ini kita akan meneliti bagaimana kondisi gejala stunting di semua daerah se-Indonesia, jadi kami terus melakukan penelitian, penyuluhan dan lain sebagainya,” katanya usai melakukan pembukaan PKM FK UKI di Aula Dinkes Sumedang, Senin (24/6/2019).

Dikatakannya, berdasarkan data yang dihimpun dari Sekretariat Wapres RI, sedikitnya terdapat 100 kabupaten/kota yang menjadi prioritas untuk diteliti, dan Kabupaten Sumedang masuk didalamnya.

Sementara itu dalam tataran wilayah Jawa Barat, Sumedang menempati peringkat keempat untuk prevalensi stunting.

“Kita akan meneliti di 1000 hari kehidupan saat ibu dinyatakan hamil, dari 1000 hari itu terbagi dua, 270 hari dia hamil lalu melahirkan, lalu 630 hari kemudian sampai dia berumur 2 tahun,” ucapnya.

Selain itu kata dia, penanganan stunting membutuhkan waktu sampai 5 tahun.

Untuk itu penanganan stunting harus dilakukan secara kontinyu. Sehingga targetnya tahun 2030, Sumedang akan bebas stunting.

“Faktor ekonomi, psikologis, pendidikan juga menentukan, untuk itu kita akan coba lakukan penelitian pada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang gizi, pendidikan, penyuluhan, pola makan balita, dan penelitian besar mengenai kecacingan pada ibu hamil. Namun hasil penelitian kemarin, gejala cacingan nyatanya negatif, oleh sebab itu kita akan cari tahu lagi sekarang,” ujarnya.

Lebih lanjut sambung dia, gejala prevalensi Stunting per Desember 2018 telah mengalami penurunan dari semula sekira 41 persen berkurang menjadi 36 persen, atau penurunan sebesar 5 persen.

Sementara Ketua PKM Bersatu FK UKI, Andira Utami mengatakan, sepuluh desa yang akan menjadi objek penelitian antara lain, Desa Sukasari, Kec. Sukasari, Desa Cilembu, Mekarbakti, Cijeruk (Pamulihan), Desa Sukahayu (Rancakalong), Desa Malaka (Situraja), Desa Cimarga (Cisitu), Desa Kebon Kalapa (Cisarua), Desa Ungkal (Conggeang), dan Desa Margamukti (Sumedang Utara).

Secara teknis pelaksanaannya kata dia, diminggu pertama, pihaknya akan melakukan penelitian di beberapa desa terkait dengan penyediaan air minum dan juga sanitasi lingkungan terhadap balita stunting 2-5 tahun.

“Selain penelitian, kami juga akan melakukan penyuluhan di tingkat sekolah dasar, remaja putri dan ibu hamil tentang asi ekslusif, pemberian makanan tambahan atau intervensi gizi, pola asuh anak. Karena untuk stunting ini perlu ditangani sebelum bayi lahir, jadi di 1000 hari kehidupan yang disebutkan dr. Sunu tadi akan kita lakukan,” ungkapnya (Devi Supriyadi)***