KANAL

Kasus Siswi Dibully di Cianjur, P4AK Turun Tangan

×

Kasus Siswi Dibully di Cianjur, P4AK Turun Tangan

Sebarkan artikel ini
ilustrasi perundungan (pexels.com/Mikhail Nilov) suara.com

KAPOL.ID – Perkumpulan Pengacara Peduli Perempuan, Anak dan Keluarga (P4AK) Kabupaten Cianjur mulai konsen ke pemulihan siswi SMA Negeri yang tak mau sekolah lagi karena kena bully.

Perwakilan P4AK Kabupaten Cianjur, Lidya Indayani Umar, mengatakan pihaknya sudah melakukan kontak dengan keluarga dan saat ini fokus kepada pemulihan anak.

“Kami dari P4AK Kabupaten Cianjur, sudah melakukan kontak dengan keluarga, kabarnya siswinya masih sakit, rencananya kami akan lakukan konseling dan pemulihan trauma,” ujar Lidya, Senin (19/9/2022).

Lidya menuturkan, selain komunikasi dengan keluarga, pihaknya juga sudah mencoba melakukan komunikasi dengan pihak sekolah.

“Pihak keluarga ada keinginan yang bersangkutan dalam hal ini guru meminta maaf di lapangan saat upacara dan menurut saya itu harus dilakukan untuk mempercepat pemulihan trauma,” katanya.

Siswi SMA Negeri di Cianjur Tak Mau Sekolah, Merasa Malu Setelah Diejek Teman.

Diberitakan sebelumnya, seorang siswi SMA negeri di Kabupaten Cianjur, tak mau sekolah lagi.

Karena diduga mendapat perlakuan tak menyenangkan dari guru hingga dibully atau mendapat perundungan dari teman-temannya.

Siswi berinisial RG tersebut duduk di kelas 11. Sejak lahir ia mendapat tanda lahir hitam di bagian tangannya sampai jari yang selalu ia sembunyikan dengan jaket almamater.

Kamis (15/9/2022) sekitar pukul 10.00 WIB, RG bertemu dengan seorang guru SL di lapangan.

Guru tersebut sedang memeriksa kerapihan, ia hendak memeriksa kuku tangan siswi tersebut.

Namun ditutupi dengan jaket almamater karena di tangan siswi tersebut terdapat tanda hitam.

Guru tersebut memaksa membukanya, padahal siswi tersebut meminta untuk diperiksa terpisah karena malu dan khawatir dan mendapatkan ejekan dari temannya.

Sang guru tetap menarik jaket almamater hingga tangan RG pun terlihat sama teman lainnya.

Padahal sahabat RG sudah memberitahu sang guru agar RG diperiksa terpisah di ruangan.

“Ia langsung menelepon pamannya sambil menangis,” ujar ayah RG, Gagan Sugandi (40), setelah mendatangi pihak sekolah, Jumat (16/9/2022).

Gagan tak terima anaknya diperlakukan seperti itu, pasalnya ia melihat anaknya selalu rajin sekolah dan tak pernah membuat ulah.

“Sekarang tak mau sekolah karena malu sama teman-temannya,” ujar Gagan. ***