Teknologi internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dengan kecepatan dan aksesibilitasnya, internet membuka peluang tak terbatas bagi informasi dan konektivitas. Namun, di balik kemudahan itu, ada berbagai tantangan yang memerlukan perhatian serius, terutama dalam melindungi kelompok rentan seperti anak-anak.
Di Indonesia, anak-anak menjadi pengguna internet yang sangat aktif, namun seringkali tanpa pengawasan memadai. Hal ini meningkatkan risiko mereka terpapar ancaman seperti cyberbullying, pornografi, hingga eksploitasi seksual online. Menurut data terbaru, Indonesia termasuk dalam sepuluh negara dengan kasus kekerasan seksual anak online tertinggi di dunia. Selain itu, sebuah studi menunjukkan bahwa hanya 37,5% anak yang mendapatkan informasi tentang cara berinternet secara aman, dan banyak dari mereka enggan melapor jika menghadapi situasi tidak menyenangkan di dunia maya. Faktor ini memperlihatkan celah besar dalam perlindungan digital yang ada saat ini.
Kasus-kasus kelalaian orang tua juga menjadi sorotan. Sebanyak 86,2% orang tua menyadari adanya bahaya internet, tetapi sebagian besar kurang memahami aktivitas online anak-anak mereka. Masih rendahnya edukasi tentang keamanan internet bagi anak-anak menunjukkan perlunya kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan positif. Kebijakan seperti peta jalan perlindungan anak dalam jaringan yang sedang disiapkan diharapkan dapat menjadi solusi efektif menghadapi tantangan ini.
Oleh karena itu, kami mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jutusan Pendidikan Sejarah berinisiatif untuk mengedukasi anak-anak di SD Negeri Nagarawangi mengenai pentingnya internet sehat. Program ini merupakan bagian dari mata kuliah Literasi Teknologi Informasi yang bertujuan memberikan pemahaman dasar kepada anak-anak terkait cara berinternet dengan aman dan bijak.
Melalui pendekatan interaktif, mahasiswa mengenalkan berbagai bahaya yang mungkin muncul saat menggunakan internet tanpa pengawasan, seperti konten tidak pantas, cyberbullying, dan risiko eksploitasi. Anak-anak juga diajarkan mengenai pentingnya melapor kepada orang tua atau guru jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di dunia maya.
Selain itu, edukasi ini tidak hanya fokus pada anak-anak, tetapi juga melibatkan guru dan orang tua. Hal ini dilakukan untuk memastikan lingkungan digital yang mendukung, di mana para orang dewasa dapat mendampingi anak-anak mereka dengan lebih baik. Dalam sesi di SD Negeri Nagarawangi, para peserta terlihat antusias, baik siswa maupun tenaga pendidik, yang menunjukkan bahwa program semacam ini sangat relevan di era digital.
Kegiatan seperti ini merupakan langkah kecil tetapi penting dalam mewujudkan peta jalan perlindungan anak dalam jaringan yang lebih efektif di Indonesia. Dengan kolaborasi aktif antara mahasiswa, sekolah, dan masyarakat, diharapkan kesadaran akan pentingnya literasi digital dapat terus berkembang, sehingga anak-anak dapat menikmati manfaat internet tanpa harus menghadapi risiko berbahaya