OPINI

Membela Nabi Kita yang Mulia

×

Membela Nabi Kita yang Mulia

Sebarkan artikel ini

Oleh: Yuyun Suminah
(Guru, ibu rumah tangga sekaligus penulis)

Di tengah kondisi pandemi yang membatasi semua aktivitas umat muslim tuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw secara offline terobati dengan peringatan via daring. Maulid Nabi terbesar secara daring pada 12 Rabiulawal bertepatan dengan hari Kamis, (29/10/2020) melalui http://maxbuzz.co/maulidnabi telah selesai digelar.

Dengan tema “Tegakkan Syariah, Wujudkan Keadilan, Lenyapkan Kezaliman”. Telah menyedot perhatian peserta sebanyak 70 ribu yang telah mendaftar. Selain itu acara ini juga diikuti oleh 1.000 peserta via zoom meeting.

Cinta Nabi adalah menaati dan mengikuti semua ajaran yang dibawa Rasulullah. Bukti mencintai Rasulullah dengan mengikuti apa yang dibawanya, disampaikan dan menjalankan aturanNya. Alquran dan Assunah adalah panduan hidup yang dibawa oleh Rasulullah di dalamnya terdapat peringatan, nasehat, motivasi, kabar baik maupun buruk dan aturan hidup atau hukum dalam setiap perkara.

Ketika mencintai Rasulullah berarti tidak rela ketika Nabi kita dihina, Bagaimana mungkin Rasulullah yang akan memberikan safa’atnya di akhirat kepada kita diperlakukan seperti itu. Lantas kita hanya berpangku tangan saja?. Seperti beberapa hari yang lalu, seorang guru sejarah di Prancis bernama Samuel Paty menunjukkan karikatur Sang Nabi saat pelajarannya.

Berawal dari peristiwa tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron akhirnya menyatakan sikapnya. Dengan menghormati kebebasan berekspresi, sehingga hal semacam karikatur kartun Nabi bukan sesuatu yang salah. Ia bahkan menyatakan tidak akan menyerah untuk menindak Islam ekstremis di negaranya.

Spontan ucapan Macron ini memicu reaksi luar biasa dari kaum Muslimin. Presiden Erdogan (Turki) mengajak seluruh kaum muslim untuk memboikot produk Prancis. Gelombang boikot produk Prancis juga terjadi di Mesir dan Kuwait. Bahkan gambar Presiden Macron diinjak di salah satu resto di Kuwait (liputan6.com, 27/10/20).

Rasulullah adalah manusia sempurna akhlaknya, ibadahnya dan kepemimpinannya dalam mengatur pemerintahannya. Banyak yang bisa kita ambil tuk dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi siapa saja yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan dia banyak mengingat Allah”. (TQS al-Ahzab [33]: 21).

Tegakkan AturanNya Secara Kaffah Jangan Sebagian

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al Baqarah: 208).

Konsekuensi ketika kita cinta Nabi Muhammad Saw adalah dengan menegakkan aturanNya secara kaffah (sempurna) dalam setiap sendi kehidupan bukan memilih-milih aturan yang paling mudah atau yang paling banyak manfaatnya menurut kaca mata manusia. Ketika memilih aturan sesuai yang manusia kehendaki berarti cintanya dusta.

Beliau juga sebagai “role model” dari setiap syariatNya, seperti menerapkan aturan Islam secara kaffah (Menyeluruh). Ya. Bukan sebatas aturan ibadah semata tapi semua aturan kehidupan. Mulai dari bermualah, sosial, hukum, pendidikan, kesehatan dan aturan luar negeri. Itu semua syariatNya yang dibawa oleh Nabi dan sudah pernah diterapkannya dalam kehidupan.

Ketika cinta dibuktikan dengan ketaatan kepadaNya maka Allah pun akan memberikan nikmatNya berupa kesejahteraan dan terciptanya keadilan. Tidak seperti sekarang hukum bisa “dibeli” oleh mereka yang berkuasa. Ketika aturanNya diterapkan secara kaffah maka sesuai janji Allah keberkahan langit dan bumi akan diberikan kepada manusia.

Ketika pemboikotan saja bisa membuat ekonomi Prancis “terjungkal”, bagaimana jika umat muslim bersatu dalam satu kepemimpinan? Maka sudah seharusnya kita sebagai kaum muslim mencintai Rasulullah dengan menerapkan kembali hukumNya mengganti hukum buatan manusia dengan sistem buatan Allah Swt. Seperti itulah sejatinya bentuk kecintaan kepada Rasulullah dengan membuktikan ketaatan kepadaNya dengan menerapkan Islam secara Kaffah. Ketika aturan Islam diterapkan secara kaffah, tidak akan ada lagi para penghina Nabi mulia kita.
Wallahua’lam bishshawab.***