KANAL

Ngaos Art Gelar Dua ‘Lelengkah Halu’ dalam Satu Malam

×

Ngaos Art Gelar Dua ‘Lelengkah Halu’ dalam Satu Malam

Sebarkan artikel ini
Ngaos Art
“Lelengkah Halu” sutradara Arini R.J. Dok. Ngaos Art

Hujan tak menyurutkan antusiasme penonton menyaksikan dua pertunjukan Lelengkah Halu di Studio Ngaos Art, Jumat, 21 Oktober 2022 pukul 19.30 WIB. Kedua pertunjukan tersebut digelar dalam rangka Road to 4th Ngaos Art Anniversary.

Pertunjukan pertama disutradarai Arini R.J. dengan dua aktor, yakni Fiu dan Shaiza. Berlatar rumah seorang pelukis, pertunjukan berdurasi sekitar 15 menit tersebut mengisahkan sepasang suami-isteri yang mendambakan anak setelah sekian lama berumah tangga. Mereka mengimajinasikan mempunyai bayi dan merawatnya sampai dia bisa berjalan léléngkah halu.

Sayangnya, itu semua hanya imajinasi. Keduanya tak pernah sungguhan punya anak. Di akhir cerita mereka melukis bersama di atas kanvas besar sebelum keduanya kelelahan dengan imajinasinya sendiri dan pertunjukan pun berakhir.

Dalam sesi diskusi, Arini menjelaskan bahwa yang mereka lukis adalah rahim, yang  bisa maknai sebagai harapan memiliki buah hati. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa apa yang disampaikannya melalui pertunjukan tidak jauh dengan pengalaman hidupnya sendiri dalam berumah tangga.

Ketika ditanya prihal proses kreatif, Fiu yang lebih sering bergiat di bidang seni rupa menjelaskan bahwa melalui proses teater, ia jadi lebih mengenal dirinya. Kendati harus menempuh jarak Bandung-Tasik, ia dan rekannya Shaiza merasa senang bisa bermain teater.

Bila Arini lebih menyajikan pertunjukan yang dekat dengan suasana realis, lain halnya dengan Rika R. Johara bersama ketiga aktornya, Alma Ramadhan, Rival Alhamdi, dan Destya Amalia. Lelengkah Halu versi Rika cenderung non-realis. Hal ini pertama-tama nampak dari adegan pembuka dan riasan aktor yang serupa riasan pantomim.

Tidak mudah memahami pertunjukan tersebut karena Rika menggunakan banyak simbol dengan adegan-adegan yang seolah berdiri sendiri namun sebenarnya saling berhubungan.

Ia menjelaskan, dua orang tua yang diperakan Alma dan Rival merupakan personifikasi dari pemerintah. Semantara, balon-balon yang diperlakukan sebagai anak adalah simbol dari rakyat. Selain keduanya, ada pula Destya yang merupakan personifikasi Negeri Paman Sam dan Ikhsan Kumis yang berperan sebagai pemusik namun dilekatkan busana a la Tiongkok.

“Orang tua kan harusnya mengayomi, demikian juga pemerintah. Tangisan bayi itu tidak berbeda dengan jeritan penderitaan rakyat akibat himpitan berbagai persoalan hidup. Nah, mainan itu aku jadikan simbol program-program pemerintah, kaya bansos, gitu. Harusnya kan [mainan] itu buat anaknya, ya, buat rakyat. Eh, malah ‘dimainin’ sendiri sama orang tuanya,” jelas Rika.

Kendati berisi kritik kepada pemerintah dan keprihatinannya atas tiga hal yang menjadi isu global, yakni resesi ekonomi, inflasi, dan perubahan iklim, namun Rika masih berbaik sangka kepada pemerintah.

“Kenapa aku pungkas dengan lagu ‘Ode to My Family’ punyanya The Cranberries, karena di sana ada lirik yang mengungkapkan kerinduan seseorang kepada orang tuanya. Maksudnya, ya, walau mereka sering ‘main-main’, ya, kasarnya, segila apa pun orang tua kita kalau memang bener mereka ‘orang tua’, ya, pasti ada yang dirindukan anak atas orang tuanya karena orang tua mengayomi dengan hati,” terang Rika.

Kedua sutradara ini adalah mereka yang telah lolos uji kelayakan oleh Ab Asmarandana. Pimpinan Produksi Ngaos Art 4th Anniversary Alfin Nurul Azmi menjelaskan kedua pertunjukan malam itu merupakan hasil kelas penyutradaraan yang diselenggarakan di Ngaos Art.

“Ya, Pak Ab kan bikin kelas penyutradaraan. Setelah dapat materi, semua anak Ngaos diberi tugas menyutradarai, naskahnya sama, ‘Lelengkah Halu’ karya beliau [Ab Asmarandana]. Aktornya harus dari orang-orang non-Ngaos,” terang Alfin.

Ia menambahkan, kegiatan malam itu baru volume satu. Masih ada beberapa kegiatan lain dalam rangka syukuran ulang tahun keempat Ngaos Art.