KUPANG, (KAPOL).- PLN optimistis mampu mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Optimisme itu tergambar dari rasio elektrifikasi yang hingga kini mencapai 73,72 persen dari sebelumnya hanya 62 persen.
Hal itu dikemukakan GM PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur (NTT), Ignatius Rendoyoko, dalam Kuliah Umum bersama PLN Group dan sejumlah universitas dan perguruan tinggi di Auditorium Politeknik Kesehatan Negeri Kupang, NTT.
“Jadi kami melihat wilayah ini merupakan salah satu provinsi yang tertinggi dalam optimalisasi penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), khususnya dalam pemanfaatan energi surya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),” jelas dia, kemarin.
Menurut Ignatius pengerjaan projek PLTS di NTT dilakukan melalui peggunaan bidang lahan tanah yang tidak produktif, sehingga nilai ekonomisnya akan bisa terkonversi melalui aplikasi PLTS.
Dalam kuliah umum yang dibuka Wakil Gubernur NTT Josef A. Nae Soi tersebut diikuti sejumlah perguruan tinggia, antara lain Universitas Nusa Cendana; Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang; Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang; Universitas Muhammadiyah, Kupang dan Politeknik Negeri Kupang.
Wakil Gubernur NTT Josef A. Nae Soi, berharap, berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat didukung oleh semua pihak.
Sehingga PLN sebagai BUMN secara kontinu tetap melanjutkan berbagai program corporate social responsibililty (CSR) .
“Harapannya dengan berbagai program kerjasama seperti dalam bentuk penyediaan beasiswa dan sistem vokasi serta link and match, para putra daerah ini akan mampu memiliki pengalaman yang berbeda, dalam mengenyam pendidikan, baik di dalam dan juga sampai ke mancanegara,” tutur mantan Dubes Argentina untuk Indonesia ini.
Kepala Jurusan Elektro dari Politeknik Negeri Kupang (PNK), Jemsrado Sine, dalam kesempatan tersebut mengingatkan, para milenial harus cerdas dalam memanfaatkan teknologi, sehingga dalam aplikasinya, perlu mengetahui lebih jauh resiko yang akan terjadi sebagai konsekuensi penggunaan alat dan teknologi komunikasi digital tersebut.
Sementara Direktur Human Capital Management (HCM) PT (Persero) PLN Muhamad Ali menyatakan, di era disrupsi dan revolusi industry 4.0 terdapat tantangan tersendiri bagi pengelolaan sumber daya manusia di setiap organisasi.
Dalam rangka pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, pihaknya juga membutuhkan SDM yang kompeten untuk memastikan, bisnis ketenagalistrikan dapat berjalan dengan baik dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat.
“Sebagai bagian dari upaya melistriki Nusantara, saat ini rasio elektrifikasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mencapai 73,72 persen,” jelasnya.
Menurut Muhamad Ali, proses ini dapat terjadi salah satunya karena adanya dukungan sumber energi terbarukan (EBT) yang melimpah di wilayah tersebut.
“Saat ini lebih dari Rp9 miliar sudah investasi yang tertanam pada enam pembangunan sumber EBT meliputi PLTP – panas bumi; PLTMH – mikro hidro; PLTS – tenaga surya; dan PLTB – tenaga bayu. Melalui sinergi dengan pemerintah desa, maka pelaksanaan program Tim Percepatan Listrik Pedesaan terlaksana dengan baik,” papar Ali dalam sambutannya pada acara yang sama. (KAPOL/rls)***