KAPOL.ID – Akses perempuan kepada teknologi dan gawai 12% lebih rendah dari perempuan. Secara global, 250 juta perempuan tidak terakses kepada teknologi dibanding laki-laki.
Demikian, Direktur DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati, saat Talkshow dan wokshop hybird #TasikmalayaMakinCakapDigital, di Kafe Move On Tasikmalaya, Sabtu (4/6/2022).
Pertanyaannya, menurut dia, apakah teknologi digital sudah ramah perempuan? Ruang aman untuk perempuan, menurutnya, belum inklusif. Masih rentan.
“Fakta yang terjadi pada ekosistem digital, adalah perpanjangan dari budaya patriarki di ranah offline. Penuh mitos dan bias gender tradisional. Belum inklusif untuk kelompok rentan. Termasuk perempuan,” katanya dalam acara yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Suara.com, Kapol.id, ICT Watch, Taman Jingga, Harian Rakyat, serta Pemkot Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pematik yang dihadirkan selain Neni Nur Hayati, Direktur DEEP Indonesia, yakni Ipa Zumrotal Falilah, Direktur Taman Jingga serta Asep Saefullah, Media Development Specialist Suara.com
Dalam ranah politik, menurutnya perempuan rentan menjadi sasaran politik uang. Seraya mencontohkan kasus cuitan ‘paha calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan tempo hari.
Neni menyayangkan saat tokoh politik berkiprah dalam Pilkada, umpamanya, orang lebih tertarik membahas udel. Kalau foto kehamilan menjadi alat pelecehan, yang bermasalah otak pelaku pelecehan.
“Perempuan menjadi objek yang dibicarakan, dikomentari, dan diatur,” katanya seraya menandaskan fakta perempuan menjadi objek politik, kata dia tidak terbantah. Selain itu perempuan juga paling rentan terpapar hoaks.
Neni berpesan tidak mencintai negeri itu sangat fatal, karena bisa berimplikasi pada kemerosotan. Pentingnya perempuan melek digital untuk membangun kesetaraan dan keadilan.