TIDAK seperti biasanya, pagelaran Festival Seni Akhir Tahun Syukur Waktu 9 Tasikmalaya Raya dilaksanakan secara daring.
Biasanya festival yang digelar secara luring di Taman Kota Tasikmalaya pada seminggu akhir bulan Desember. Hal ini menjadi tantangan baru bagi penyelenggara, Komunitas Cermin.
Mereka menggunakan kanal video streaming di internet, melakukan pengambilan gambar di awal untuk ditampilkan di sana. Kemudian puncak acaranya mereka akan menayangkan live streaming penampilan seni.
Ketua Komunitas Cermin Ahmansyah Timutiah, menjelaskan jika festival ini harus tetap bergerak, supaya tetap berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat di tengah badai informasi dan konten di internet.
“Kita harus terus bergerak, saya takut jika meniadakan gerakan kesenian, nanti masyarakat akan terbiasa menikmati seni yang instant di internet, konten yang dibuat hanya untuk kepentingan rating, like dan share, kedalaman seninya tidak ada,” tutur pria yang akrab disapa Acong itu.
Ia menambahkan jika kesenian yang dilakukan oleh para seniman di Tasik merupakan buah dari renungan, kegelisahan, dan kontemplasi. Namun saat ini masih banyak diabaikan oleh masyarakat.
Adapun penampil yang mengisi konten-koten tersebut sekitar 17 kelompok seni dan individu, mulai dari Mimbar Sastra oleh penyair Tasikmalaya, Musikalisasi Puisi, pentas kesenian tradisi, orkes keroncong, pertunjukan teater, grup band, hingga kesenian kontemporer.
Selanjutnya Kang Acong bercerita kalau festival ini diselenggarakan berkat kolaborasi dengan banyak pihak, seperti para pelaku film di Tasik yang membantu dalam pembuatan konten virtual dan live streaming, serta para perupa yang menyiapkan segela urusan artistik.
Terakhir, pada tahun 2015 festival yang diselenggarakan Kang Acong dan teman-teman sempat dilarang oleh kepolisian, waktu itu ada Surat Keputusan (SK) Walikota yang menerangkan jika malam tahun baru masyarakat diajak untuk berdzikir di Masjid Agung, dan tidak melaksanakan pesta di jalan-jalan Kota Tasikmalaya.
“Malam tahun baru itu masyarakat tidak bisa ditahan untuk keluar rumah, buktinya selalu saja penuh di jalanan. Sehingga kami berpikiri ini harus diwarnai, minimal masyarakat menjadi masyarakat yang aktif karena ada pertunjukan, ada apresiasi,” katanya.
Dengan adanya Festival Akhir Tahun, Kang Acong ingin agar masyarakat terarah, dan tidak terjadi hal-hal di luar keinginan.