KAPOL.ID — Selain disebabkan rumah sakit penuh, kematian pasien Covid-19 yang sedang isolasi mandiri, ditenggarai karena banyak masyarakat yang masih menganggap terpapar virus corona sebagai aib, sehingga tidak mau berobat ke fasilitas kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin merasa prihatin dengan kondisi itu. “Rupanya kalau orang yang sakit di banyak daerah, itu masih dilihat sebagai orang ternoda, terhukum, orang yang tidak baik. Jadi kasihan orang-orang ini tidak mau di tes, tidak mau lapor, karena dia ada beban sosialnya,” ungkap Budi dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (26/7/2021).
“Sakit COVID-19 bukan aib, justru kalau ada yang sakit harus dibantu, jangan kemudian di-aib-kan, nanti justru mereka tidak mau lapor dan akhirnya terlambat masuk RS, dan itu adalah penyebab kematian yang paling tinggi,” katanya menandaskan.
Dia meminta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk membantu sesama apabila ada yang terpapar virus corona agar segera ditangani dengan cepat dan tepat sehingga angka kematian dan tingkat keparahan akibat COVID-19 bisa ditekan semaksimal mungkin.
Selain beban sosial dan penuhnya rumah sakit, salah satu penyebab angka kematian yang tinggi akibat COVID-19 adalah keterlambatan penanganan. Banyak pasien yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan saturasi oksigen dalam darah sangat rendah.
Budi berpesan kepada masyarakat, apabila terpapar virus corona harus selalu memeriksa saturasi oksigen dalam darah dengan alat yang bernama oximeter. Jika saturasi dalam darah sudah di bawah 94 persen, pasien COVID-19 tersebut harus segera di bawa di rumah sakit atau tempat isolasi terpusat.
“Yang penting jangan tunggu sampai turun 70-80 persen, karena merasa sehat. Kadang-kadang orang hanya bilang saya hanya batuk kecil saya tidak mau ke RS. Yang banyak wafat karena terlambat masuk ke RS. Penyakit ini kalau di-treat lebih dini sembuh InsyaAllah. Di seluruh dunia dari 100 orang yang sakit yang masuk RS hanya 20 persen, yang wafat mungkin sekitar 1,7 persen. Lebih rendah dari TBC atau HIV. Tapi harus dirawat dengan tepat dan cepat,” katanya seperti yang dikutip VOA Indonesia.
Di sisi lain, Budi menjelaskan bahwa kapasitas tempat tidur rumah sakit secara nasional mencapai 430 ribu. Dari jumlah tersebut yang sudah terisi oleh pasien COVID-19 adalah sebanyak 82 ribu. Penurunan keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) ini baru terjadi di Jakarta dan Jawa Barat. Daerah-daerah lain, seperti Jogjakarta dan Bali, masih belum menurun. [gi/ab]