KAPOL.ID – Rektor Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., melepas sebanyak 314 mahasiswa S1 dari Program Studi (Prodi) Tari, Karawitan, Seni Murni, Antropologi dan Teater, melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di 26 desa, di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat.
Tahun ini mengusung tema “Pengembangan Objek Pemajuan Kebudayaan melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bandung Barat”.
Pelepasannya dilangsungkan di Kampus ISBI Bandung, Jalan Buahbatu No 212, Kamis (18/7/2024).
Mahasiswa ISBI Bandung ini akan melakukan KKN selama satu bulan terhitung mulai tanggal 18 Juli.
Sebelumnya pada hari Rabu, tanggal 10 Juli 2024 mahasiswa ISBI Bandung ini telah mendapatkan pembekalan.
Lalu pada tanggal 11-13 Juli, mahasiswa dan dosen pembimbing melakukan survei ke lokasi KKN.
Setelah dilakukan survei banyak sekali potensi yang dimiliki desa. Setiap desa memiliki sekitar lima sampai sepuluh objek pemajuan kebudayaan (OPK), seperti tradisi lisannya, manuskrip, situs, olahraga tradisional dan lainnya. Kalau dijumlahkan bisa ada sekitar 200 an OPK, untuk pengembangan selanjutnya.
Masih berkaitan dengan KKN mahasiswa ISBI, kepada awak media yang tergabung dalam Forum Wartawan Pendidikan Jabar, Retno mengatakan bahwa ISBI Bandung yang memiliki hastag sebagai perguruan tinggi yang konsen kepada pemajuan kebudayaan, para mahasiswa akan dititipkan di masyarakat.
Belajar mengenai adat istiadat undak usuk basa, termasuk menggali potensi di desa tempat KKN.
“Terutama dengan objek pemajuan kebudayaan (OPK), ada 10 OPK ditambah satu untuk situs,” kata Rektor ISBI Bandung.
Makanya para mahasiswa harus bisa menggali dan kemudian menginventarisasi secara nyata di lapangan, ada apa saja.
Lalu pihaknya akan membuat icon untuk dikembangkan dan dimanfaatkan.
“Cara pemberdayaan masyarakat itu melestarikan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan,” kata Retno.
Makanya ISBI Bandung melalui mahasiswa KKN ini memiliki peran penting dalam mewujudkan objek pemajuan kebudayaan di 26 desa ini.
“Kami bisa berkontribusi besar, mahasiswa juga belajar secara riil ternyata keilmuan dia selama kuliah, di lapangan harus dimanfaatkan seperti ini dan banyak hal yang harus bersinergi dengan masyarakat. Harus ikut aturan yang ada di sana termasuk etikanya,” kata Retno.
KKN ini pun dikatakan Retno sebagai salah satu bentuk promosi dan kontribusi ISBI Bandung.
Apalagi kampus II ISBI Bandung berada di wilayah KBB tepatnya daerah Cikamuning.
Sehingga mendapatkan perhatian dan simpati dari masyarakat agar lahannya layak, pembangunannya bisa diperjuangkan dan segera terwujud.
“Kalau sekarang memang lahannya belum layak, masih tidak satu amparan. Jadi nanti kalau ISBI datang, semua masyarakat merasa itu penting, membantu menambah lahan di Cikamuning,” kata Retno.
Sedangkan Camat Ngamprah, Agnes Virganty, S.H., S.STP., M.Si., mewakili Pj Bupati Kabupaten Barat mengatakan bahwa pihaknya dengan tangan terbuka menerima kegiatan KKN dari mahasiswa ISBI Bandung, di 26 desa yang ada di empat kecamatan, yakni Kecamatan Saguling, Cipatat, Padalarang dan Ngamprah.
Lanjutnya untuk membangun potensi desa khususnya dalam menciptakan icon kebudayaan di desa yang dijadikan tempat KKN, kata dia memerlukan kerja sama atau pentahelix dari pemerintah, media, akademisi, masyarakat dan swasta.
Secara bersama-sama berkolaborasi memajukan kebudayaan dalam pemberdayaan masyarakat.
“Ini momentumnya tepat, apalagi nanti bersamaan dengan kegiatan 17 Agustus, peringatan hari besar nasional. Sehingga bisa berkolaborasi dengan unsur karang taruna misalnya, bisa melatih dari kependidikan yang ada, tentunya tidak terlepas dari tri dharma perguruan tinggi dan dikembangkan saat penelitian, kini diaplikasikan di masyarakat,” kata Agnes.
Dia pun mengungkapkan bahwa di Kecamatan Ngamprah memiliki kegiatan budaya masyarakat yakni nyalin pare.
“Setiap desa memiliki icon tersendiri, makanya dengan kolaborasi dan sinergitas dengan ISBI Bandung dalam pengembangan kebudayaan yang ada di empat kecamatan ini bisa lebih maju lagi,” kata Agnes.
“Di kami ada pencak silat, nyalin pare apabila tidak dilestarikan nantinya bisa punah, di mana warisan budaya tak benda (WBTB) dari UNESCO ada di Kecamatan Ngamprah dan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Kalau tidak bersama-sama tidak dilestarikan, bisa punah,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Disparbud KBB, Fenny Puspadewi Hermawan, S.Pd., M.A.P., mengatakan bahwa dengan KKN mahasiswa ISBI ini diharapkan akan lahir banyak icon kebudayaan yang lahir di KBB.
“Kami menekankan akan lahir icon di KBB dengan 11 objek pemajuan kebudayaan. “Di dua tahun terakhir konsen kami di wisata budaya. Mudah-mudahan wisata budaya ini bisa dieksplorasi lagi oleh mahasiswa KKN untuk nanti6ada wisata budaya baru dan kanoung budaya baru,” kata Puspadewi.
Lanjutnya di desa yang ada di Kabupaten Bandung Barat, sudah memiliki ritual khusus (ritus), yang masuk ke dalam objek pemajuan kebudayaan yang sudah WBTB.
“Konsentrasi itu yang kemudian bisa diketahui oleh masyarakat. Tidak hanya masyarakat Bandung Barat, domestik, kemudian wisatawan mancanegara. Karena konsennya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan indikator kinerja utamanya meningkatkan kunjungan wisatawan di antaranya aktraksi budaya,” kata Puspadewi.
Harapan dengan kegiatan ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU, agar programnya tidak terhenti usai KKN tetapi ada keberlanjutan, dalam menciptakan dan pengembangan desa-desa tersebut.
Dengan begitu kata Puspadewi hal tersebut bisa dikolaborasikan dengan Disparbud KBB.
Saat disinggung mengenai dukungan Pemerintah KBB terhadap pembangunan Kampus ISBI Bandung II di Cimuning, KBB, Agnes dan Puspadewi berkata agar segera terwujud untuk meningkatkan indeks pembangunan masyarakat di KBB. ***