SOSIAL

Saat Corona, RT ‘Riweuh’ Terus, RW ‘Riweuh Wae’

×

Saat Corona, RT ‘Riweuh’ Terus, RW ‘Riweuh Wae’

Sebarkan artikel ini

KAPOL.ID –
Pengurus RT dan RW di Kota Tasikmalaya riweuh (sibuk) bukan main saat penanganan virus corona. Serupa mungkin yang dialami daerah lain pula.

Lebih dari sepekan, rutinitas kepanjangan tangan pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat ini meningkat.

Mulai dari pendataan warga terdampak, mengawasi yang datang dari zona merah, hingga memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

“Istilahnya RT itu riweuh terus, kalau RW riweuh wae. Kita mendata calon penerima bantuan saja bukan main.”

“Waktunya mepet tapi harus semua selesai,” ujar Ketua RW 07 Cikatuncar Kecamatan Cibeureum, Dadi Abi Darda, Jumat (10/4/2020).

Belum lagi risiko ketika sudah didata tak terakomodir, sebagai garda yang berhadapan dengan masyarakat paling rentan kena semprot.

“Belum lagi warga yang pulang dari perantuan, kita harus urus juga. Operasional tinggi kalau terus-terusan begini, apalagi di RW 07 ini membawahi sembilan RT,” katanya.

Sebagai pengurus pun, pergerakan secara swadaya memang ada. Namun di tengah dampak virus corona, masyarakat juga punya keterbatasan.

“Yang lagi usaha lesu, dagang susah pembeli. Kita juga tidak enak jika terus-terusan mah. Apalagi dalam situasi sulit seperti ini,” katanya.

Lainhal dengan Ketua RW 05 Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu, Cepi. Ia berterima kasih atas apresiasi dari DPRD terhadap RT dan RW.

Mudah-mudahan pemerintah juga dapat melakukan hal yang sama. Pengurus sudah bekerja maksimal meskipun operasional dari kantong sendiri dan donatur.

“Alhamdulillah donatur juga ada, tapi kalau terus-terusan juga kita tidak enak. Situasinya semua juga sedang sulit,” kata lelaki yang bernama asli Cecep ini.

Stimulus dari pemerintah, kata dia, sangat diperlukan. Apalagi nilai Rp 9 miliar untuk gugus tugas covid tingkat kota bukan nilai yang sedikit.

“Tugas kami di masyarakat masih panjang, mungkin ikut riweuh mengurus bantuan stimulus pemerintah ke masyarakat. Terus memantau warga dari zona merah juga selama 14 hari,” katanya.

“Bukannya kita hitungan, ini kanyaah ke lingkungan sendiri. Sebulan mungkin kuat, kalau lebih lama bagaimana? Mudah-mudahan cepat berlalu lah,” ujar Cepi.***