Bagaimana jadinya bila nada dari alat musik berbahan bambu dan tempurung kelapa berpadu dengan alat musik modern?
Di desa Kertayasa kecamatan Cijulang kabupaten Pangandaran, Saung Angklung Mang Koko mempraktekan berbagai karya musik yang sangat menarik.
Musik-musik itu dimainkan dengan beberapa angklung panjang sepanjang 4 meter serta angklung toel dilengkapi tempurung yang berpadu dengan kreasi tarian.
Saat dijumpai pada Sabtu (8/2) di tengah sesi latihan rutin yang digelar setiap Sabtu dan Minggu, Mang Koko sebagai pimpinan grup menjelaskan berbagai karya yang dilesatirkan dan dipraktekan oleh generasi muda binaannya.
“Salah satu karya yang dikembangkan adalah Benjang Batok. Kesenian ini mengandung sejarah untuk mengelabui penjajah yang hendak menangkap warga yang akan dijadikan romusa atau kerja paksa. Benjang Batok dimainkan sebagai seni dan terpelihara khusus di masyarakat lembur Palawija dusun Karangpaci Desa Kertayasa kecamatan Cijulang. Setelah dikreasikan lalu dikenalkan lewat lingkung seni Saung Angklung Mang Koko, barulah seni ini dikenal lebih luas” ungkap Mang Koko.
Mulanya, Mang Koko membuat sanggar tahun 2008 lalu dan telah melahirkan berbagai pertunjukan di berbagai wilayah Selain di Pangandaran, karyanya sering ditampilkan di kota lain seperti Bandung, Purwakarta, Berebes berbagai kota di Priangan Timur bahkan di ibu kota Jakarta.
Karakter kesenian yang khas membuatnya yakin, bahwa karyanya dapat mewarnai berbagai jenis kesenian yang tumbuh subur di tanah air maupun mancanegara.
Keyakinan itulah yang melahirkan berbagai karya kreatif sekaligus menularkan semangat untuk mengajarkan keterampilan aerta pemahaman kebudayaan kepada generasi muda.