SKETSA

Cimedang Nadi Kehidupan yang Terkoyak

×

Cimedang Nadi Kehidupan yang Terkoyak

Sebarkan artikel ini

CIMEDANG, sungai yang menjadi nadi kehidupan masyarakat di Tasik Selatan. Airnya yang tenang memberi energi tersendiri bagi masyarakat. Namun sayang potensi melimpah yang dimiliki Cimedang terabaikan.

Dari ketinggian, Sungai Cimedang terlihat seperti naga yang sedang tertidur pulas. Tubuhnya meliuk dari mulai Gunung Bongkok Salopa dan berakhir di Kalapagenep Cikalong.

Sungai dengan panjang 70 kilo meter itu menyimpan sejuta pesona yang belum terjamah. Sayangnya banyak potensi alam sungai Cimedang yang dibiarkan rusak tanpa perlindungan.

Jantung sang naga berupa batuerah atau jasper di kawasan taman batu (geo park) jasper di kawasan Pasirgintung, Desa Cibuniasih, Kecamatan Pancatengah dibiarkan koyak berceceran.

Potensinya hanya tinggal 250 bongkahan saja, sebagian besar batu yang terbentuk dari letusan gunung api di bawah laut 25 juta tahun lalu, berceceran hingga ke luar negeri.

Belum lagi, potensi sumber daya alam lainnya yang dibiarkan rusak tanpa adanya perlindungan dari pihak pemerintah daerah. Cimedang yang terlihat seperti naga yang meliuk dalam kondisi sakit dan harus segera disembuhkan.

“Cimedang sekarang ini dalam kondisi sakit. Meskipun demikian pesonanya masih belum pudar,” kata Pegiat Lingkungan di Tasik Selatan Ajat Sudrajat.

Potensi alam Cimedang sudah banyak dirusak oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Sepanjang kawasan sungai yang awalnya rindang kini sudah rusak. Banyak pohon penyangga daratan ditebang, karena memang tidak ada payung hukum yang melarangnya.

Kata Ajat, 20 tahun yang lalu, melihat Cimedang itu seperti berada di dunia khayalan, di sepanjang aliran sungai Cimedang tumbuh pepohonan rimbun yang menjadi sarana monyet dan lutung bermain.

Belum lagi jutaan spesies ikan baik ikan air tawar atau pun ikan laut berseliweran menyusuri aliran sungai yang bening dan mengalir tenang seperti pedang, memanjakan mata.

“Dulu ikan Cimedang sangat melimpah. Untuk mendapatkannya pun sangat mudah sekali karena banyaknya,” kata Asep warga Kalapagenep yang sering mancing di Sungai Cimedang.

Di tengah aliran sungai terdapat hamparan batu merah yang tersusun rapi berjejer menghiasi liukan sungai yang bening. Pemandangan luar biasa yang diciptakan Tuhan untuk warga Tasik Selatan. Bisa saja saat itu tuhan sedang tersenyum bahagia saat melukis Cimedang.

“Namun sayang potensi itu kini sudah mulai rusak dijamah oleh pihak yang tidak bertanggungjawab,” terang Ajat.

Di bagian hilir, tepatnya di muara, banyak terpasang perangkap ikan yang bisa memusnahkan ikan ukuran kecil. Bayangkan saja dengan adanya “bagang” atau alat tangkap ikan dengan menggunakan jala besar tersebut, ikan kecil tertangkap dan hanya dijadikan pakan bebek saja.

Padahal banyak jenis ikan berkualitas bagus tertangkap bagang seperti halnya kakap, dan jenis ikan lainnya yang jika dibiarkan besar akan menjadi daya tarik wisata mancing di sungai Cimedang.

Tangan-tangan jahil belum bisa ditindak secara tegas karena tidak ada aturan yang jelas mengenai adanya larangan merusak ekosistem sungai Cimedang.

Potensi kerusakan sungai Cimedang juga dipicu oleh adanya tambak-tambak udang di kawasan muara sungai Cimedang. Limbah tambak yang dibuang ke sungai lambat laun akan mencemari air sungai dan berdampak pada kerusakan ekosistem alam Cimedang.

Meskipun sudah terkoyak, sisa-sisa pesona Cimedang masih ada. Bukan hanya potensi Jaspernya yang menjadi batuan langka di Dunia, tetapi juga dari sisi spesies ikannya.

Di aliran sungai Cimedang, terdapat ikan yang menjadi incaran para pemancing kelas wahid, yang kondisinya nyaris punah yakni black bass dan jenis ikan lainnya.

Seorang pemancing asal Australia Peter Smallwood, terperangah saat mengetahui ada jenis ikan langka di perairan Cimedang.

Padahal biasanya, untuk bisa memancing ikan air tawar yang ukuran bisa mencapai 20 kilo itu harus ke Papua. Namun ternyata di Cimedang jenis ikan tersebut masih sangat banyak dan biasa diperoleh oleh para pemancing lokal.

“Pemancing kawakan asal Australia itu pun berpesan agar sungai Cimedang diselamatkan. Potensi ikan langka itu harus segera dilindungi agar tidak punah,” tegas Ajat. Surgaloka bagi para pamancing.

Selain potensi ikan yang berlimpah, Cimedang diakui oleh Peter Smallwood seorang pemandu wisata mancing di Australia, sebagai sungai yang masih alami di Jawa Barat.

Kata dia, di Jawa Barat ini hanya ada dua sungai yang kondisinya masih alami dan belum tercemar limbah, Sungai Cimedang dan Sungai Gran Canyon di Pangandaran. Selebihnya sungai yang ada di Jawa Barat ini kondisinya sudah tercemar.

Untuk itu Peter berpesan agar sungai Cimedang kelestariannya dijaga jangan sampai kawasan sungai rusak apalagi ekosistemnya.

Ia menyebutkan jika saja sungai tersebut berada di Australia, kondisinya akan berbeda, Cimedang sudah pasti dijadikan kawasan wisata unggulan yang di dalamnya dikembangkan wisata mancing.

Pemerintah kata dia akan sangat mendukung terhadap pengembangan wisata alam. Karena akan mendatangkan banyak uang tanpa ada barang yang dijual. Malah akan semakin lestari.

“Potensi seperti ini kalau di Australia bisa menghasilan uang dalam jumlah banyak. Sayang kalau dibiarkan,” kata Peter ketika berbincang dengan Ajat belum lama ini. Suasana sungai Cimedang dikagumi pengunjung

Saat ini saja, daya tarik Cimedang sangat luar biasa. Pada musim kemarau sekarang, banyak pemancing yang meluangkan waktu berburu ikan di sungai.

Dalam sehari bisa sampai ratusan orang berjejer di pinggir sungai dan bisa menghabiskan waktu hingga berhari-hari dan memancing hingga malam hari. Banyak warga yang kecipratan rejeki terutama yang memiliki perahu.

Sungai Cimedang harus segera diselamatkan agar tidak rusak parah. Karunia Tuhan yang sangat luar biasa itu harus dipelihara dengan baik agar memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian ekosistem alam.