KAPOL.ID — Ikatan Pelajar Putri Persis (IPPi Persis) menyelenggarakan acara “Cinema Discourse: Pelajar Bicara tentang Khoas, Identitas Santriwati Persis di Era Modern”.
Sebuah agenda yang mempertemukan seni visual dengan dibentuk menjadi dakwah modern, refleksi keagamaan, dan dialog intelektual dalam satu ruang.
Acara ini mengangkat tema utama tentang Khoas jilbab khas Santriwati Persis sebagai simbol perjalanan iman, bukan sekadar atribut berpakaian.
Hal tersebut disampaikan Ketua Pelaksana Cinema Discourse, Salma Kamila.
Insani menyampaikan, berbicara tentang Khoas sebagai hijab ciri khasnya: tak hanya melihat sebagai simbol elegansi dan keindahan lebih dari itu ada jejak gagasan dan simbol perjuangan.
“Maka adanya acara Cinema Discourse ini tak hanya perbincangan dipermukaan saja ada filosofi ada kontemplasi yang mesti diketahui oleh seluruh pelajar putri,” ucapnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat membawa dampak positif serta tumbuhnya semangat baru dalam tiap diri pelajar.
Ketua Umum IPPi Persis, Zihan Siti Nurhaliza menyampaikan, Khoas bukan sekadar pakaian, tapi juga simbol ketaatan.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan tumbuh semangat baru dalam diri setiap Pelajar Putri Persis unguk berkreasi, berdakwah dan berkontribusi nyata sesuai dengan zamannya,“ ujarnya.
Acara dibuka dengan sambutan dan taujih dari Ustadz Dr. M. Ihsan Setiadi, M. Si. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan,
“Pada tahun 1982 terjadi aksi demonstrasi menolak pemakaian jilbab di sekolah. Saat itu, pemerintah mengeluarkan aturan tata busana yang membatasi penggunaan jilbab, sehingga simbol simbol keislaman, termasuk jilbab dianggap perlu dihapuskan dari ruang publik. Karena itu, nilai-nilai Khoas harus kita masifkan dalam bagaimana kita beragama dan berbangsa,” tuturnya.
Pernyataan ini menjadi kerangka berpikir selama kegiatan berlangsung, menegaskan bahwa khoas telah melewati jalan panjang: dari penolakan, penerimaan, hingga menjadi bagian dari identitas kolektif muslimah Persis.
Setelah itu, peserta diajak menyaksikan pemutaran film “Khoas”. Film ini tidak hanya menampilkan kisah personal seorang muslimah dalam memilih kembali kepada jalan kebaikan, tetapi juga memuat dilema sosial, tekanan emosional dan pengaruh buruk dari lingkungan. Dalam suasana yang tenang, penonton menyimak dengan penuh makna.
Pada sesi berikutnya, panitia mengumumkan pemenang lomba esai dan video bertema “Aku dan Khoas.” Para peserta lomba kebanyakan dari kalangan Pelajar Putri Persis dari berbagai pesantren dan tingkatan level daerah IPPi Persis. Melalui videonya, mereka menyampaikan bahwa khoas bukan hanya dipakai tetapi di maknai.
Rangkaian acara berlanjut pada sesi bedah film dan diskusi, menghadirkan Hilman Indrawan selaku penulis, Yusuf Al-Bukhariy sebagai produser dan Zihan Siti Nw sebagai Ketua Umum IPPi Persis. Dalam diskusi, diawali dengan membicarakan latar belakang ide, proses riset, serta tantangan yang dihadapi.
Merei menegaskan bahwa film dapat menjadi sarana dakwah yang menyentuh, dikemas dalam bentuk dakwah modern.
Dalam segi aspek pelajar putri, Zihan Siti Nurhaliza menyampaikan bahwa ruang ini bisa menjadi reflektif bagi pelajar untuk memahami bagaimana nilai-nilai spiritual dan sosial dapat disampaikan melalui seni dan film.
Cinema Discourse ditutup dengan suasana reflektif. Para peserta tidak hanya membawa pulang tayangan film, tetapi juga kesadaran bahwa khoas merupakan bagian dari sejarah perjuangan dan kesadaran spiritual. ***












