OPINI

Seni dalam Bingkai, Pameran Seni Fotografi Primora

×

Seni dalam Bingkai, Pameran Seni Fotografi Primora

Sebarkan artikel ini

Oleh Gita Agisni Sutiana
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Bimbingan dan Konseling.

Dalam kehidupan manusia pada berbagai lingkup baik lokal, nasional, maupun dunia internasional, kita selalu dihadapkan dengan keberagaman budaya. Yang memiliki ciri khas antara satu daerah dengan daerah lainnya. Salah satu bentuk budaya yang menjadi identitas suatu daerah atau wilayah adalah seni.

Seni merupakan sebuah gambaran dari ekspresi yang dituangkan dalam berbagai bentuk yang memiliki makna. Yang dapat diartikan saat melihat, merasakan, dan mendengarkan sebuah seni yang dipertontonkan. Seni mengandung unsur estetika yang kental sehingga menarik khalayak untuk melihat bahkan mempelajari seni ( Felix, J. 2012). Seni dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara pelaku seni dan penikmat seni yang berlangsung ketika karya-karya dari tangan terampil dipertontonkan.

Dari generasi ke generasi penerapan serta pandangan orang-orang tentang seni mengalami perubahan. Begitupula yang dialami oleh Gen Z pada masa ini. Perkembangan zaman yang sangat cepat akan mempengaruhi minat generasi muda zaman sekarang terhadap pandangan mereka terhadap seni. Untuk mengatasi berkurangnya minat generasi muda terhadap seni, langkah yang harus diambil untuk mengatasi hal tersebut. Adalah dengan memberikan atau menyediakan sarana untuk mengedukasi para generasi muda terhadap seni.

Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap seni adalah pameran. Pameran seni merupakan sebuah perhelatan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak pecinta karya seni, lembaga. Ataupun instansi tertentu yang bertujuan sebagai sarana komunikasi, edukasi, dan promosi karya seni yang dipamerkan pada pelaksanaan kegiatan tersebut. Seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia program studi ilmu komunikasi dalam rangka memperingati Dies Natalis jurusan.

Kegiatan yang bertajuk Pameran Fotografi Primora ini berlangsung pada tanggal 19 sampai 21 Mei 2025. Tujuannya untuk mempromosikan serta memperkenalkan seni fotografi dan seni lukis yang ditujukan untuk khalayak umum. Kegiatan ini mempertunjukan berbagai karya seni yang memiliki makna serta unsur estetika yang kental pada setiap karyanya. Karya yang dipajang pada pameran tersebut juga sebagai sarana bagi mahasiswa yang ingin melakukan penjualan dari hasil karya yang telah dibuat.

Fotografi

Fotografi telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1857. Merupakan suatu karya seni yang tercipta dari tangkapan lensa kamera yang menampilkan berbagai foto. Cenderung mengutamakan unsur-unsur yang ada di dunia nyata sebagai objek.

Menurut Susanto, A. A (2017) fotografi merupakan sebuah kegiatan yang sangat menarik dan kreatif. Di mana kita menggunakan cahaya dan kamera untuk menangkap gambar dari momen atau objek yang kita lihat. Dengan kata lain, fotografi bisa diibaratkan sebagai seni melukis secara visual dengan menggunakan media cahaya dan lensa kamera.

Setiap foto memiliki kemampuan untuk mengabadikan kenangan, baik itu momen bahagia, sedih, maupun biasa saja. Dengan fotografi, kita bisa melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda dan berbagi pandangan tersebut dengan orang lain.

Pada pameran Primora terdapat berbagai karya fotografi yang ditampilkan. Ada dua jenis fotografi yang ditampilkan yaitu fotografi potret dan landscape.

Fotografi potret

Pada gambar yang berada di posisi paling atas itu termasuk kedalam fotografi potret. Fotografi potret merupakan salah satu bagian dari seni fotografi yang hanya berfokus kepada manusia sebagai objek karyanya.

Menurut Faturahman, W. (2022) Fotografi potret merupakan seni fotografer yang lebih fokus pada objek yang diambil secara dekat. Dan pemaknaan pada foto tersebut dapat dilihat dari ekspresi, pose foto, dan bagaimana aura yang ditampilkan oleh objek yang diambil. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa fotografi potret merupakan seni foto yang fokus utamanya menjadikan manusia/orang sebagai objek fotonya.

Dari gambar pertama kita dapat melihat hasil karya fotografi potret dengan menampilkan seorang pria tua yang sedang fokus memperbaiki jam tangan. Dengan berbagai peralatannya yang sederhana, raut wajah. Serta ekspresinya menunjukan ketelatenan, fokus, dan perasaan menikmati apa yang tengah dikerjakan. Karya tersebut berjudul “Mengatur Waktu, Mengukur Cukup”.

Sebuah judul sederhana namun memiliki makna yang cukup mendalam disampaikan dalam satu bingkai foto. Melihat dari bentuk, ekspresi, serta judul dari foto tersebut. Makna dari foto tersebut yaitu adalah manusia pada dasarnya tidak akan pernah bisa mengendalikan waktu yang berjalan terus menerus tanpa henti. Akan tetapi, manusia harus bisa memanfaatkan waktu yang diberikan oleh tuhan untuknya didunia sebaik mungkin. Agar setiap langkah, dan apapun yang dikerjakan senantiasa berjalan lancar dan sesuai rencana.

Dengan kata lain, pengambil gambar ingin menyampaikan sebuah pesan. Tentang bagaimana cara manusia agar dapat bijaksana dalam setiap langkah dengan selalu memperhitungkan waktu, dan senantiasa bersyukur.

Fotografi landscape

Fotografi landscape fokus utamanya adalah sebuah objek yang memiliki komposisi yang luas di dalamnya. Menurut Suryawan, Y. (2020) Fotografi landscape merupakan salah satu karya fotografi yang berfokus pada objek-objek luas dan memiliki komposisi yang besar didalamnya. Fotografi ini lebih mengedepankan objek yang berhubungan dengan alam semesta sebagai objek pokok.

Seperti yang terdapat pada gambar kedua, yang menjadikan suasana alam persawahan sebagai objek foto yang diambil. Dapat dilihat didalamnya terdapat hamparan sawah hijau dengan langit biru yang indah. Ditambah adanya seorang petani memperkental makna yang ingin disampaikan oleh fotografer.

Foto tersebut berjudul “ Menanam Hidup”. Karya fotografi tersebut, dapat diartikan bahwa fotografer ingin menyampaikan pesan yang bermakna sebuah asa. Dan tekad kuat yang diiringi rasa ikhlas manusia yang sedang menanam. Sebuah harapan baru untuk kelangsungan hidupnya dan orang lain dalam dalam bentuk sebuah bahan pangan yaitu padi. Karya fotografi ini mengajarkan kita bahwa kehidupan di masa yang akan datang tidak ditentukan oleh apa rencana yang akan kita lakukan di masa depan. Tetapi kehidupan di masa yang akan datang ditentukan dengan apa yang telah kita buat di masa sekarang. Sebagai pondasi yang akan menopang kehidupan dimasa depan nanti.

Urgensi pameran Primora

Pameran merupakan sebuah perhelatan yang menjadi ajang ekspresi dan kreasi masyarakat dari berbagai golongan dan latar belakang yang berbeda. Biasanya pameran diadakan khusus untuk mempublikasikan suatu tema tertentu. Seperti teknologi, budaya, karya seni, dan lain sebagainya. Pameran fotografi “Primora” yang diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia bukan hanya sebuah ajang pameran karya seni visual. Melainkan juga ruang refleksi yang mengajak pengunjung untuk kembali mengingat nilai-nilai dasar kehidupan.

Tema yang diangkat, yaitu kebutuhan primer sebagai pondasi kebahagiaan, sangat relevan di tengah dominasi budaya konsumtif dan glorifikasi kebutuhan tersier. Melalui fotografi dan seni lukis yang saling melengkapi, pameran ini menampilkan gambaran keindahan kesederhanaan. Dan esensi kehidupan sehari-hari yang sering terlupakan. Karya-karya tersebut mendorong pengunjung untuk tidak sekadar melihat, juga menginterpretasikan makna di balik visual. Sehingga seni menjadi medium pembuka ruang kontemplasi yang memperkaya jiwa dan cara pandang kita.

Seni fotografi memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan karena sebagai bahasa universal. Seni mampu menyampaikan pesan, menggugah emosi, dan menstimulasi pemikiran kritis. Pameran seperti “Primora” menciptakan momen untuk introspeksi, dimana pengunjung diajak untuk menengok kembali nilai-nilai esensial. Yang mungkin terlupa dalam kesibukan sehari-hari. Pentingnya pameran seni bukan hanya sebagai hiburan visual, juga sebagai sarana edukasi dan pembentukan kesadaran sosial yang mendalam. Dengan seni, kompleksitas dan keindahan kehidupan diungkap dalam bentuk yang dapat dirasakan dan dipahami bersama. Sehingga memperkuat empati dan apresiasi terhadap dunia di sekitar kita.

Di era modern saat ini, pagelaran pameran seni menjadi semakin penting sebagai penyeimbang arus informasi dan budaya digital yang cepat dan masif. Pameran seni menyediakan ruang fisik dan waktu untuk melambat, merenung. Dan menghubungkan kembali dengan aspek kemanusiaan yang kerap terabaikan oleh kehidupan serba cepat dan teknologi yang mendominasi.

Kegiatan ini juga mendukung pengembangan budaya lokal dan identitas, memperkuat komunitas seni. Serta membuka dialog kritis tentang isu-isu sosial dan eksistensial. Oleh karena itu, pagelaran pameran seni modern bukan hanya relevan sebagai hiburan. Juga esensial sebagai wadah pembelajaran, refleksi, dan inovasi budaya yang membantu manusia menavigasi kompleksitas zaman sekarang secara lebih bermakna.***