KANAL

Siasati Kemarau, Petani di Purbaratu Pasang Paralon Sepanjang 1,5 km

×

Siasati Kemarau, Petani di Purbaratu Pasang Paralon Sepanjang 1,5 km

Sebarkan artikel ini
Petani di Kampung Karacak Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya memanfaatkan gravitasi untuk menyiram tanaman, Rabu (9/8/2024).*

KAPOL.ID –
Petani di Kampung Karacak Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya siasati musim kemarau dengan mencari sumber air.

Salah satunya mengaktifkan pipanisasi dari sumber mata air sejauh 1,5 km dengan biaya swadaya.

Pipa tersebut untuk mengambil pasokan air di wilayah Margabakti Cibeureum. Kemudian menyebrangi Sungai Cikalang dengan memanfaatkan hukum gravitasi untuk menghemat biaya.

“Untuk mengefisiensikan biaya dan mencukupi kebutuhan air untuk tanaman. Di wilayah ini ada lahan sekitar 200 bata.”

“Sekarang sedang ditanami bayam dan pare, panen kemarin timun dan cabai,” kata Ketua Gapoktan Karya Mukti Singkup Purbaratu, Jenggo (51), Rabu (9/8/2023).

Ia mengatakan, pipa sepanjang itu setidaknya membutuhkan 400 batang paralon ukuran 4 inci. Bersama rekannya, Ace Darusman, menggunakan tekanan air gravitasi untuk menyiram tanaman.

“Istilahnya irigasi ngacir. Dari paralon besar dibagi ke kebun. Kita bolongi kecil-kecil, lalu ngacir airnya. Tekanannya mirip dengan menggunakan pompa air.”

“Ada pula yang sistem tetes menggunakan selang. Frekuensinya semua tergantung jenis tanamannya,” jelasnya.

Ia mengatakan pemanfaatan hukum gravitasi tersebut setidaknya bisa menghemat biaya untuk menyiram, tanpa listrik juga.

“Kalau menyuruh orang minimal sampai zuhur itu Rp 30-50 ribu per hari,” katanya.

Ketika disinggung terkait bantuan dari pemerintah, Ace mengatakan pemasangan pipa tersebut dilakukan secara swadaya.

Bahkan pipanisasi ini sudah berlangsung turun temurun. Meski saat ini hanya menyisakan empat pipa utama yang menyeberangi sungai.

“Dulu sejak tahun 1986 sampai 13 jalur, sekarang sisa lima jalur. Sebelum ditanami horti, di sini penuh dengan tanaman mendong (bahan tikar) sampai hektaran.”

“Kalau bantuan dari pemerintah mah, katanya mau. Tapi sudah bertahun-tahun tidak terealisasi untuk irigasi sekalipun. Makanya swadaya masyarakat saja,” katanya.

Harapan satu-satunya para petani ini, hanya kestabilan harga saat memasuki masa panen nanti. Jangan sampai harga anjlok.

“Kenapa sekarang pada malas bertani karena hanya dapat capainya saja. Makanya harus kreatif menekan biaya, dan berharap harga lagi bagus, jadi ada untungnya,” katanya.***