CIAMIS, (KAPOL) – Hujan yang sudah mulai turun sejak hari pertama bulan Nopember disambut dengan sukacita. Namun, patut diwaspadai, daerah rawan longsor acapkali terjadi nyaris di setiap daerah. Termasuk di Kabupaten Ciamis.
Ketua Tagana Kabupaten Ciamis, Ade Waluya mewanti-wanti. Menurut hasil pendalaman, setidaknya beberapa titik di 18 kecamatan ditenggarai rawan bencana longsor, karena kultur tanah yang labil.
“Untuk 18 kecamatan rawan bencana longsor dan banjir selama musim hujan terjadi mulai dari Banjarasari, Banjaranyar, Lakbok, Cisaga, Cipaku, Purwadadi, Pamarican, Cidolog, Rancah, Cikoneng, Cihaurbeuti, Panumbangan, Sukamantri, Rajadesa, Tambaksari, Sukadana, Panawangan, dan Sindangkasih,” katanya seperti dilansir Media Indonesia.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto menyebutkan, terdapat sejumlah kriteria yang dapat menjadi pegangan untuk menentukan apakah daerah yang ditinggali seseorang menyimpan potensi longsor atau tidak. Hal tersebut mencakup daerah yang memiliki lereng, memiliki tanah pelapukan yang tinggi, tata guna lahannya berubah, hingga lokasinya dekat dengan mata air dan sungai.
Dia mengimbau masyarakat untuk memerhatikan sekitar dan dapat meningkatkan kewaspadaan di musim penghujan. “Ketika curah hujan meningkat atau terjadi gempa bumi, secara individu semua bertanggung jawab karena kejadian gerakan tanah itu lebih kecil dari RT atau kampung. Warga yang paham akan potensi bencana di daerahnya. Titik-titik yang sebelumnya pernah terjadi longsor dan saat ini tidak ada pohon di atasnya, patut diwaspadai,” katanya kepada AyoBandung.com
Selain itu, Kasbani mengatakan, daerah yang pada saat kemarau mengalami kekeringan hingga menimbulkan keretakan pada tanah juga berpotensi mengalami gerakan tanah ketika hujan turun. Untuk itu, masyarakat diminta melakukan antisipasi sebelum musim penghujan tiba.
“Tanah yang lama enggak kena air dan ada retak-retaknya itu ketika terisi air di musim hujan bisa memicu longsor. Ada baiknya mengurangi potensi itu dengan meerhatikan jalur-jalu air, drainase, dan mengisi retakan-retakan tanah dengan tanah halus atau tanah lempung,” ujarnya.