KANAL

Berikut Ini Gejala Penyakit TBC

×

Berikut Ini Gejala Penyakit TBC

Sebarkan artikel ini
dokter spesialis pulmonologi Edelweiss Hospital, dr Hendarsyah Suryadinata, Sp.PD-KP, FINASIM saat menjadi narasumber dalam talkshow "TB Lebih Berbahaya dari Covid-19, Benarkah?" di Trans Studio Mall Jalan Gatot Subroto Bandung, Sabtu (13/8).

KAPOL.ID – Penyakit tuberculosis (TB) memiliki cara penularan dan gejala yang mirip dengan Covid-19.

Padahal keduanya berbeda, dari sumber penyakit hingga cara menanggulanginya.

“Penyakit TBC ini dikenal dengan penyakit yang menular. Tak heran bila penyebarannya juga relatif cukup mudah dan cepat karena bisa melalui udara,” kata dokter spesialis pulmonologi Edelweiss Hospital, dr Hendarsyah Suryadinata, Sp.PD-KP, FINASIM saat menjadi narasumber dalam talkshow “TB Lebih Berbahaya dari Covid-19, Benarkah?” di Trans Studio Mall Jalan Gatot Subroto Bandung, Sabtu (13/8).

Hendarsyah mengatakan penyakit Tuberculosis merupakan penyakit sistemik, menular yang disebabkan oleh basil Mycrobacterium Tuberculosis.

Penyakit TB dapat menular melalui percikan ludah (droplets) pengidapnya.

Sebagian besar, imbuh dia, kuman TB menyerang paru namun seringkali menyerang organ lainnya seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Penyakit TBC memang tidak mudah dikenali pada stadium awal.

Sebab gejalanya memang mirip gejala TBC sekilas mirip dengan COVID-19 lantaran sama-sama menyerang sistem atau organ pernapasan seperti orang terkena flu.

“Gejala yang terjadi biasanya berupa batuk berdahak (kadang-kadang ada bercak darah), penurunan berat badan, sesak nafas, berkeringat di malam hari, dan demam yang hilang timbul,” ujarnya.

Hendarsyah mengungkapkan penyakit TB sebenarnya sudah ada sejak jaman awal peradaban manusia. Sejumlah bukti yang menguatkan adanya penyakit TB di masa lalu adalah dengan ditemukannya kerangka tengkorak prasejarah (8000 SM) di Jerman, kerangka tengkorak di Mesir (2500 – 1000 SM) dan mummy anak Inca yang hidup di tahun 800 SM.

Penyakit TB ditemukan oleh seorang ilmuwan Robert Koch pada tahun 1882 yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 24 Maret.

Di masa sekarang, kata dia, penyakit TB juga masih menjadi salah satu penyakit kronis yang menyerang pasien di usia produktif.

Bahkan, Indonesia menempati urutan ke-2 setelah India dengan jumlah temuan kasus Tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia berdasarkan data dari Global TB Record.

“Dari data Mei 2022 sebanyak 127.906 insiden kasus TB terjadi di Jabar bahkan 7178 diantaranya menyerang anak-anak,” kata dia.

Hendarsyah mengatakan kunci keberhasilan penyembuhan penyakit TB adalah kepatuhan mengonsumsi obat yang tak boleh putus minimal selama 6 bulan.

Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan atau Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB-MDR).

“Upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya mengajak masyarakat untuk lebih sadar dan waspada terhadap berbagai gejala penyakit TB sehingga dapat mengambil tindakan sedini mungkin dan mencapai target eleminasi TB pada tahun 2030,” ujarnya. ***