KANAL

Gara-gara Dilarang Main HP, Anak Dibawah Umur Gantung Diri

×

Gara-gara Dilarang Main HP, Anak Dibawah Umur Gantung Diri

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi gantung diri (Shutterstock) suara.com

KAPOL.ID — Hanya gara-gara dilarang main HP oleh ibunya, seorang anak perempuan dibawah umur nekad mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Peristiwa menggegerkan tersebut terjadi di salah satu desa wilayah Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, oleh korban berinisial Melati yang baru berusia 14 tahun.

Peristia tragis itu awal diketahui oleh adik korban sendiri yang baru berusia 11 tahun pada Rabu (15/1/2025) pagi, dimana saat ia hendak kebelakang, kakanya sudah tergelantung kaku pada bagian kusen dapur rumahnya.
Melihat kejadian tersebut adinya pun langsung menjerit dan memberitahukan kepada ibunya.

Sontak warga sekitar pun berdatangan karena merasa tidak percaya ada anak perempuan semuda itu bisa nekad mengakhiri hidupnya secara tragis.

Padahal, warga sekitar selama ini mengenal sosok korban seorang anak yang baik juga penurut. Para tetangganya pun sering melihat korban yang hanya lulusan SD itu kesehariannya mengasuh adik-adiknya, bahkan ikut membantu pekerjaan ibunya mengupas kentang di salah seorang Bandar tetangganya.

Saat ditemui Kamis (16/1/2025) dirumahnya, Neti (34) ibu korban yang masih merasa tidak percaya akan kejadian tersebut membenarkan kalau anaknya meninggal karena bunuh diri dengan cara gantung diri.

Padalah ia pun menuturkan, kalau sebelumnya ia tidak melihat kalau putri sulungnya dari empat bersaudara itu ada tanda-tanda yang mencurigakan, bahkan sampai berniat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

“Memang, sehari sebelum kejadian saya sempat memarahi dia dan melarang untuk bermain HP, sambil HP nya saya rampas. Bukan apa-apa. Maksud saya hanya memberi pelajaran saja, karena kalau sudah main HP biasanya sampai lupa diri hingga larut malam,” tuturnya.

Neti pun mengaku sangat tidak menduga kalau perlakuannya dengan maksud rasa kasih sayang terhadap putrinya itu bisa disalah artikan, hingga akhirnya ia merasa sakit hati dan nekad mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

“Terus terang, saya jadi sangat menyesal karena akibat saya memarahinya dan merampas HP nya jadi mengakibatkan saya harus kehilangan dia untuk selamanya. Padalah tadinya maksud saya itu baik, karena kalau terus-terusan bermain HP dihawatirkan akan menganggu kesehatannya,” tuturnya lirih.

Neti pun menceriterakan, semasa hidupnya keseharian Melati sering membantu dirinya, baik mengasuh tiga orang adiknya, bahkan juga membantu pekerjaan ibunya sebagai seorang kuli mengupas kentang, meski ia sendiri katanya sering melarangnnya karena kasihan.

Maklum katanya, setelah dirinya bercerai dengan suaminya, Neti pun terpaksa bekerja untuk menghidupi keluarganya. Dari hasil kuli mengupas kentang bersama almarhumah itu, Neti biasanya dapat upah sebesar Rp 2 ribu dalam satu kilo.

Karena alasan kondisi ekonomi itulah lanjut Neti, saat almarhumah lulus dari bangku SD, dirinya melarang almarhumah untuk melanjutkan sekolahnya ke bangku SMP dan ditugaskan untuk mengasuh adik-adinya dirumah, meski pada akhirnya sering juga ikut membantu pekerjaan ibunya.

Perasaan sama diungkapkan pula oleh Tatang Suryana selaku ketua RT setempat. Ia menuturkan, dirinya sangat tidak menyangka kalau almarhumah bisa berbuat senekat itu untuk mengakhiri masa hidupnya.

Padalah tutur Tatang, selama hidupnya ia mengenal almarhumah sebagai anak yang baik.

Dirinya juga tidak melihat ada tanda-tanda yang mencurigakan terhadap korban, bahkan sehari sebelumnya almarhumah kelihatan sangat ceria.

“Makanya pagi itu saya begitu kaget mendengar kabar anak itu meninggal, terlebih meninggalnya dengan cara tragis. Terus terang, awalnya saya tidak percaya,” terangnya.

Kejadian bunuh diri yang dilakukan Melati dibenarkan pula oleh Kapolsek Pasirwangi, Iptu Wahyono Aji. Bahkan dari pengakuan adik almarhumah lanjut Aji, sehari sebelumnya, korban sempat mengutarakan niatnya akan bunuh diri kepada adiknya serta salah seorang teman terdekatnya. (Anang KN).***