OPINI

Gunung Roay

×

Gunung Roay

Sebarkan artikel ini

 

“Punten, galon kamar 02. Neng, punten!”
“Neng, punten!”
“Neng!!!”
“Neng, punten!!!!”

Sore itu, abang penjual layanan pesan antar air galon isi ulang terlihat kesal. Gerbang kontrakan wanita yang cukup tinggi ternyata mengalahkan teriakkan abang yang sedari tadi terus menerus berteriak namun tak ada respon dari dalam.

Hingga teriakkan yang cukup terdengar oleh kontrakan tetangga sebelah, salah seorang penghuni kontrakan sebelah keluar.

“Coba digedor bang, ada orangnya kok!”

Abang itu kembali berteriak sambil menggedor-gedor pintu dengan kepalan tangannya. Mencoba teriak lagi tapi masih belum ada respon. Teriak demi teriak, nadanya semakin memperlihatkan kekesalan. Hampir lebih 7 menit abang itu berdiri di depan pintu gerbang, namun lagi-lagi nihil.

Air minum isi ulang yang dipesan kamar nomor 02 itu terpaku kesal di depan pintu gerbang. Tidak ada respon apapun dari dalam. Hingga akhirnya, si abang itu menyerah dan memutuskan untuk pergi.

“Bang, punten. Tadi lagi di WC” sahut salah seorang wanita sambil tergesa-gesa membuka pintu gerbang.

Nyaris menyalakan sepeda motornya kembali, abang itu harus turun lagi. Memanggul air galon isi ulang yang sebelumnya sudah diletakkan kembali di sepeda motornya dengan muka kesal.

“Neng, lain kali kalau pesen air galon, ditunggu sebentar ya. Apalagi ini pintu gerbangnya tinggi dan selalu terkunci. Saya udah nunggu cukup lama disini, kasihan pelanggan yang lain nunggu,” tutur abang seraya memberikan tissu pembersih galon.

“Iya bang, punten. Tadi nanggung lagi di WC,” ucap wanita itu sambil memberikan uang