KAPOL.ID – Ketua Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya (FKPAT) Tasikmalaya, Rohimat mengingatkan, para pecinta alam agar membekali diri dengan kemahiran paling dasar.
“Saat ini kita mengenal istilah pendaki pembalut,” katanya saat berdiskusi santai sesi kedua pada peringatan ulang tahun Srikandi Sungai Indonesia (SSI), Sabtu (19/9/2020) di objek wisata sungai Cipatani, Desa Nanggewer, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya.
Fenomena itu menurutnya, pertanda keterampilan teknis para pendaki belum dikuasai dengan baik. Padahal kemampuan dasar itu sangat penting, agar tidak salah kaprah.
“Technical skills sangat penting,” katanya. Menggunakan alat dengan baik dan benar sesuai dengan standar. Termasuk mengetahui hal yang dianggap remeh.
“Mengukur berapa kalori yang dikeluarkan menyesuaikan dengan perbekalan yang harus disiapkan. Berapa berat perbekalan yang harus dibawa selaras dengan berat badan,” kata Maos sapaan akrabnya.
Disoroti juga kebijakan pemerintah yang tumpang tindih. Perubahan status cagar alam menjadi taman wisata, umpamanya. Cenderung berimbas pada kerusakan alam. Lantaran ekosistem terganggu.
Kondisi yang tidak menguntungkan itu, menurut Maos, harus menjadi perhatian serius. Komitmen bersama menjaga alam tak bisa ditawar-tawar lagi.
Senada dengan pandangan Mamat, pendiri Zaradika. Menurutnya, aksi pecinta lingkungan jangan sekadar seremonial saja.
“Apa artinya kalau sekadar seremoni. Sia-sia. Apa yang harus kita lakukan saat ini? Kita harus memutus rantai persoalan dengan melakukan edukasi terus-menerus,” katanya.