KANAL

Penyakit Tidak Menular Tingkatkan Risiko Kematian Akibat COVID-19

×

Penyakit Tidak Menular Tingkatkan Risiko Kematian Akibat COVID-19

Sebarkan artikel ini
Kantor WHO di Jenewa, Swiss, 6 Februari 2020. (dok: Reuters/Denis Balibouse)

Penyakit tidak menular telah menyebabkan lebih dari 40 juta orang meninggal di seluruh dunia dalam satu tahun. WHO mengatakan, 7 dari 10 kematian global disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, diabetes, pernapasan dan penyakit tidak menular lainnya.

Dari jumlah tersebut, data menunjukkan 17 juta orang meninggal dini, sebagian besar antara umur 30 dan 70 tahun. Sebagian besar kematian terjadi di negara berpendapatan rendah.

Kepala satuan tugas PBB bagian penyakit tidak menular, Nick Banatvala, mengatakan, penyakit tidak menular dan faktor risikonya, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi COVID-19, dan dapat berakibat buruk, termasuk pada anak muda. Ia menambahkan, peneliatian akademik di beberapa negara menunjukkan besarnya masalah tersebut.

“Sebuah studi di Perancis menunjukkan, COVID-19 kemungkinan berkembang parah tujuh kali lebih tinggi, pada pasien dengan obesitas. Perokok, satu setengah kali lebih mungkin mengalami komplikasi parah akibat COVID-19 dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Penderita diabetes memiliki kemungkinan dua hingga empat kali lebih besar, untuk mengalami gejala yang parah atau meninggal dunia akibat COVID-19,” ujar Banatvala.

Banatvala menambahkan, studi lain telah menunjukkan hasil yang serupa bagi penderita penyakit paru-paru atau jantung kronis, kanker dan sebagainya.

“Secara keseluruhan, hampir seperempat populasi global diperkirakan memiliki kondisi medis mendasar, yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap COVID-19, dan sebagian besar dari kondisi ini, adalah penyakit tidak menular,” papar Banatvala

“Saya ingin mengingatkan Anda, bahwa 70 persen kematian global, disebabkan oleh penyakit tidak menular. Meskipun begitu, penyakit tidak menular (hanya) mendapat kurang dari dua persen bantuan pembangunan untuk kesehatan,” tambahnya lagi.

Banatvala menyebut hal ini sebagai pandangan sempit. Ia mengatakan, sebuah studi WHO tahun 2018 menunjukkan, berinvestasi pada tindakan pencegahan untuk kesehatan yang hemat biaya, dapat menyelamatkan keuangan dan nyawa.

Ia menambahkan, studi ini menemukan, untuk setiap satu dolar atau setara dengan 14.700 rupiah yang dikeluarkan untuk tindakan pencegahan, akan ada pengembalian sebanyak tujuh dolar atau setara dengan 103 ribu rupiah, hingga tahun 2030. Ia juga megngatakan, penggunaan inisiatif ini selama satu dekade ke depan dapat menyelamatkan nyawa dari 8,2 juta orang. [di/lt]