OPINI

Refleksi Demokrasi dan Kapitalisme

×

Refleksi Demokrasi dan Kapitalisme

Sebarkan artikel ini

Oleh lham Abdul Jabar
Dewan Pengajar Kelas Mahasiswa Pesantren Al Hikmah Mugarsari Kota Tasikmalaya
Wakil Ketua III PC PMII Kota Tasikmalaya
Sekretaris Umum DPC HILLSI Kota Tasikmalaya

Pada sistem demokrasi, pemerintah selaku penyelenggara negara harus memperhatikan kepentingan rakyat. Kekuasaan politik di negara berpaham demokrasi tidak boleh dilaksanakan demi kepentingan penguasa apalagi oligarki. Karena di dalam kekuasaan itu terkandung kepercayaan untuk melindungi kepentingan rakyat.

Sebetulnya kapitalisme pun harus hidup beriringan dengan demokrasi. Keduanya berbasis kebebasan warga negara. Kapitalisme sebagai paham ekonomi yang berazaskan kepemilikan individu, pasar, persaingan, dan profit memberikan keleluasaan gerak usaha.

Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi, namun secara konstitusional menolak kapitalisme. Tapi dalam praktiknya, kemajuan demokrasi di Indonesia tak terhindar dari kapitalisme. Imbasnya pada berbagai segi kehidupan yang dapat merusak demokrasi itu sendiri. Apakah hal ini terjadi karena kepentingan sempit para penguasa? Wallahu a’lam.

Sejak memasuki masa reformasi, perkembangan kehidupan demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Hanya saja tidak diikuti secara paralel dengan tumbuhnya sistem ekonomi kerakyatan. Demokrasi yang memberikan kebebasan atau keleluasan dan partisipasi politik warga negara di Indonesia berkembang, itu menunjukkan kemajuan luar biasa.

Demokrasi Indonesia

Sistem pemerintahan maupun partisipasi politik relatif semakin membaik. Suksesnya beberapa kali pemilihan umum dan pers yang bebas, dapat menjadi salah satu indikasinya. Tak hanya itu saja, masyarakat internasional pun mengakui akan kemajuan demokrasi di Indonesia.

Namun demikian, dalam kemeriahan demokrasi itu, ada terbetik gejala yang mengindikasikan kecenderungan demokrasi berbalik arah, yang dapat merusak demokrasi itu sendiri. Bahkan dapat berakibat kurang percayanya rakyat dan bahkan masyarakat internasional kepada pemerintah.

Demokrasi berkembang tetapi ada kecenderungan mengerucut pada adanya fenomena ketidakseimbangan hubungan antara penguasa dengan masyarakat. Seiring berkembangnya demokrasi, sistem kapitalisme pun berkembang, yang kemudian mampu memberikan corak kehidupan masyarakat bangsa ini secara menyeluruh. Berbagai dimensi kehidupan terkena imbasnya. Tidak saja sistem ekonomi, bidang kehidupan lain pun terpengaruh pola dan gaya hidup kapitalisme.

Banyak para pelaku utama penggerak demokrasi (penguasa) nampak tengah dilanda persoalan berkenaan kepentingan kekuasaan, yang kemudian berimbas pada semakin suburnya kapitalisme.

Secara historis perkembangan kapitalisme merupakan bagian dari gerakan individualisme. Gerakan itu juga menimbulkan dampak dalam bidang yang lain. Misal, dalam bidang agama melahirkan reformasi, dalam hal penalaran melahirkan ilmu
pengetahuan alam. Dalam hubungan masyarakat memunculkan ilmu-ilmu sosial dan dalam ekonomi melahirkan sistem kapitalisme. Karena itulah peradaban kapitalis sah adanya karena memiliki legitimasi.

Sementara demokrasi, ialah sebuah paham tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa istilah demokrasi itu berasal asal dari bahasa Yunani, yaitu demos dan cratein, yang berarti rakyat berkuasa atau government of the role by the people.

Jadi, bisa kita pahami bahwa, secara substantif dalam urusan pemerintahan, sang pemegang kekuasaan harus bertanggung jawab kepada masyarakat umu. Karena rakyat mempunyai kedudukan yang sangat penting. Kekuasaan politik di negara demokrasi tidak boleh dilaksanakan demi kepentingan individual penguasa saja, sebab dalam kekuasaan itu terkandung kepercayaan yang tujuannya untuk melindungi kepentingan rakyat.

Sehingga, demokrasi ini memerlukan keterlibatan warga yang aktif yang berkompeten untuk menjaga checks and balances pada kehidupan demokrasinya.

Oligarki

Lalu, apakah kapitalisme bisa beriringan dengan sisitem demokrasi? Jawabannya tentu bisa. Asalkan antara sang pemegang kekuasaan dan oligari memiliki kesadaran fungsi demokrasi serta berkomitmen tidak akan merusak sistem demokrasi. Karena antara demokrasi dan kapitalisme itu suatu jenis yang berbeda. Demokrasi sebagai penyelenggara pemerintahan negara, kapitalisme sistem ekonominya. Hingga pada akhirnya akan tubuh simbiosis mutualisme.

Lalu, kenapa kapitalisme dianggap momok bagi masyarakat? Pandangan saya sendiri, itu disebabkan oleh kepentingan pribadi para penguasa dan oligarki. Padahal, jika mereka tidak memiliki kepentingan pribadi itu akan sangat menguntungkan rakyat. Logika sederhananya seperti ini, semakin banyak investor yang masuk di suatu daerah, semakin tinggi juga penghasilan daerah tersebut, dan lapangan pekerjaan pun akan terbuka. Jika penghasilan di suatu daerahnya tinggi, maka daerah tersebut akan berkembang, disebabkan perputaran uang yang besar di dalam nya.

Jadi saya berharap kepada para penguasa dan oligarki jangan sampai memiliki kepentingan pribadi. Jangan sampai sistem demokrasi yang ada di negara kita ini ternodai oleh kepentingan sesaat.***