LARIK-LARIK nyanyian Desaku karya Liberty Manik masih terngiang hingga kini. Lagu itu jadi andalan saat disuruh menyanyi di depan kelas. Cuma dua bait saja. Setiap bait ada empat larik. Mudah diingat, bukan karena singkat, tetapi pesan lagu itu sangat kuat dan tetap aktual.
Pilihan katanya intim dan sederhana. Gampang dihayati. Desaku yang kucinta / Pujaan hatiku / Tempat ayah dan bunda / Dan handai taulanku. Bait pertama lagu itu melukiskan desa sebagai tempat asal-usul keluarga. Dilahirkan dan tumbuh di tengah pranata sosial. Bermasyarakat.
Lagu itu bercerita ikhwal asas desa sejak dini. Salahsatu pilarnya adalah rekognisi. Penghormatan identitas desa. Pengakuan hak asal-usul. Rancang bangun masyarakat digambarkan lagu itu dengan jelas. Keluarga bagian terkecil tatanan sosial. Cikal-bakal pranata yang lebih luas.
Kewargaan dan kebangsaan berawal dari keluarga. Berlatar desa yang dijamin berdaulat dalam keragaman. Mengatur diri secara mandiri. Bait kedua lagu Desaku, menggambarkan tanah impian. Tak mudah kulupakan / Tak mudah bercerai / Selalu kurindukan / Desaku yang permai.
Desa akan menjadi entitas yang tak mudah bercerai terkait dengan asas subsidiaritas. Kemampuan memotret potensi lokal menjadi kekuatan. Desa bisa menentukan arah dan merumuskan kebijakan pembangunan sendiri. Satu desa, satu rencana, satu anggaran, wahai desaku yang permai.***
Baca juga:
—- Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment —-
Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltvPortal Web: https://kapol.tv
Twiter : https://twitter.com/kapoltv
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Instagram : https://www.instagram.com/kapol_id
Portal Inside : https://kapol.id/