KAPOL.ID — Kepala Desa Salawu, Tatang Somantri mengunggah video pada media sosial, yang kemudian viral. Dalam video tersebut, pria yang akrab dengan sapaan Si Kutang (Kuwu Tatang) itu menyampaikan pesan bagi Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi.
“Rék nyaah ka urang Cikiray mah teu kedah dibéré nanaon, pangminuhankeun wé leuweung awi, kanggo pibekeleun kahirupan masyarakat. Hatur nuhun, Bapa Aing (Dedi Mulyadi, Red.),” ujar Tatang.
Dalam bahasa Indonesia, pesan Tatang itu kurang lebih berbunyi, “Jika hendak menyayangi masyarakat Cikiray, tak perlu memberi apapun. Hijaukan saja dengan hutang bambu, untuk bekal kehidupan masyarakat. Terima kasih.”
Video Tatang tersebut berlatarkan sentra pembuatan kerajinan bambu. Tepatnya di Kampung Cikiray, Desa Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di sekitarnya tampak beberapa orang warga sedang beraktivitas membuat aneka kerajinan berbahan bambu.
Saat kapol.id mengkonfirmasi ke kantor Desa Salawu, Si Kutang membenarkan keabsahan video tersebut.
“Iya, itu memang saya, waktu lagi ngontrol ke sentral pembuatan kerajinan di Kampung Cikiray,” terang Tatang.
Adapun pendorong Tatang mengunggah video tersebut adalah keprihatinan pemerintah desa terhadap masyarakat di lingkungan Kampung Cikiray. Karena sejak zaman Belanda, mata pencaharian masyarakat di sana mengandalkan kerajinan bambu.
Namun seiring berjalannya waktu, pohon bambu di kebun milik warga semakin berkurang. Bahkan nyaris habis.
“Memang tidak seimbang antara pohon yang ditebang dengan pertumbuhan pohon. Dalam seminggu misalkan, penebangan pohon bisa sampai 100 pohon, sementara yang tumbuh sampai siap tebang lagi butuh waktu hampir setahun,” tambah Tatang.
Saat ini, di wilayah Kampung Cikiray tinggal sedikit sekali pohon bambu yang siap tebang. Akibatnya banyak kebun bambu milik warga yang kosong.
“Beberapa bulan lalu kami sudah melakukan pendataan pada beberapa kebun bambu milik warga yang sudah kosong tidak ada lagi pohonnya. Total luas secara keseluruhanya ada 10 hektare,” lanjut Tatang.
Akibat dari hal itu, jumlah produksi kerajinan pun ikut menurun drastis. Seperti kata Firman, salah seorang pengrajin anyaman bambu; untuk memenuhi kebutuhan bahan baku anyaman saat ini terpaksa membeli mambu dari luar daerah.
“Kami jadinya membeli bambu dari luar daerah. Harganya juga di atas harga yang ada di Cikiray karena ada beban transpor. Tapi karena butuh, terpaksa kami beli saja,” kata Firman.
Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment
Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltv
Portal Web : https://kapol.tv/
Portal Berita : https://kapol.id/
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Twiter : https://twitter.com/kapoltv






