KAPOL.ID – Di bawah langit Majalengka yang cerah, pagi itu menjadi saksi bisu dari momen yang akan selalu dikenang ratusan para guru honorer. Suasana yang begitu sarat penuh emosi begitu terasa. Kebahagiaan bercampur rasa haru begitu terasa mendalam dalam benak para guru honorer.
Para guru yang selama bertahun-tahun mengabdikan diri tanpa mengeluh, kini berdiri dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setelah sekian lama mereka menanti dengan penuh harap, akhirnya impian itu terwujud—mereka diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Bagi mereka, kebijakan ini bukan sekadar perubahan status pekerjaan. Ini anugerah yang datang pada saat yang tepat, sebuah kebijakan yang telah mengubah nasib guru honorer secara signifikan. Kehidupan mereka, yang selama ini dihantui oleh ketidakpastian, kini terasa lebih tenang.
Tak hanya para guru yang merasakan dampak positif ini, tetapi keluarga mereka juga merasakan manfaatnya—anak-anak yang kini bisa berharap pada masa depan yang lebih baik, pasangan yang merasa lebih tenang, dan orang tua yang melihat anak-anaknya berhasil mencapai cita-cita.
“Ketika kami diangkat menjadi P3K, itu adalah momen yang sangat emosional bagi kami semua,” kata Siti Nurhayati, seorang guru yang telah diangkat menjadi P3K, dengan mata berkaca-kaca. Setiap kata yang ia ucapkan sarat dengan makna, mencerminkan betapa dalam rasa syukur yang ia rasakan.
“Pengangkatan kami jadi ASN telah memberikan jaminan masa depan yang lebih baik bagi kami dan keluarga. Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Bapak Karna Sobahi yang telah berani mengalokasikan anggaran dari APBD untuk menggaji kami,” katanya dengan suara bergetar.
Bagi Siti dan rekan-rekannya, kebijakan ini lebih dari sekadar formalitas administratif; ini adalah bukti nyata bahwa kerja keras mereka selama ini tidak sia-sia.
Bahwa ada sosok pemimpin yang peduli, yang memahami beratnya perjuangan mereka dan berani mengambil langkah untuk memberikan mereka hak yang layak.
“Saya merasa sangat terharu dan bangga pada sosok Haji Karna Sobahi. Meski di akhir masa jabatannya, beliau masih mengalokasikan anggaran untuk APBD 2024 yang memastikan kesejahteraan kami,”ucapnya.
“Sepengetahuan saya, anggaran 2024 yang saat ini berjalan itu usulan dari Pak Haji Karna. Jadi kalau beliau tidak usulkan, mungkin tidak akan ada anggaran untuk menggaji kami. Haturnuhun Pak Karna,” ucap Siti penuh keikhlasan.
Wiwin Widiawati, seorang guru P3K asal Kecamatan Bantarujeg memgatakan hal serupa, dirinya merasa bahwa kebijakan ini adalah anugerah yang tak ternilai.
“Ini adalah kebijakan yang sangat berharga, pro rakyat, dan sangat peduli pada guru. Pak Karna luar biasa telah berani memperjuangkan anggaran dari APBD Majalengka untuk mengangkat kami. Kami merasa diistimewakan, karena kabarnya hanya di Majalengka kebijakan ini bisa terwujud,” tuturnya dengan penuh rasa terima kasih.
Kebijakan ini, menurut Wiwin, adalah cerminan dari komitmen dan kepedulian mendalam H. Karna Sobahi terhadap kesejahteraan tenaga pendidik di Majalengka. Bukan hal mudah untuk memperjuangkan anggaran di tengah keterbatasan, namun Bupati Karna Sobahi telah menunjukkan dedikasi yang luar biasa.
“Kami akan menjaga amanah ini sebaik mungkin, dan bertekad untuk terus memberikan yang terbaik dalam mendidik generasi penerus bangsa. Terima kasih, Pak Karna Sobahi, atas perhatian dan perjuangan yang telah Bapak lakukan untuk kami.
“Semoga kebaikan Bapak Haji Karna ini menjadi motivasi bagi kami semua, untuk terus mencerdaskan siswa dan siswi di Kabupaten Majalengka,” tutupnya. ***