Gempuran COVID-19 kian ganas. Perlahan, satu per satu negara di dunia berjuang keras memeranginya. Pemerintah dan petugas kesehatan sudah menerapkan beragam upaya pencegah penyebaran wabah.
Pemerintah Indonesia, Presiden Joko Widodo, pengeluarkan seabrek himbauan: bekerja, beribadah, usaha, dan belajar di rumah. Pokoknya semua melakukan isolasi mandiri. Himbauan ini sudah berlangsung sejak Maret 2020.
Belakangan, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan aturan susulan: Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mungkin karena lock down hampir tidak memungkinkan.
“Terjebak” di dalam rumah dalam waktu yang panjang sangat membosankan. Pola hidup jadi tidak teratur. Jam tidur juga berantakan. Perubahan pola sosial yang tiba-tiba ini, sedikit-banyak, membuat stres mereka yang kurang siap. Ada juga yang bisa terbiasa lewat proses adaptasi.
Di samping diam di rumah, gaya hidup sehat pun mesti digalakkan. Menjaga kebersihan tubuh, pakaian, dan lingkungan. Pokoknya serba akrab dengan sabun, atau hand sanitizer. Olah raga juga mulai dibiasakan.
Memang banyak juga yang melanggar. Mengapa terjadi?
Di Indonesia, misalnya, karena banyak sekali pekerja harian. Jika tidak bekerja sehari saja, maka (mungkin) mereka tidak dapat makan. Artinya, pada titik ini, sisi negatif dari pandemi Covid-19 adalah besarnya dampak pada sektor perekonomian (pendapatan), terutama untuk masyarakat menengah ke bawah.
Dunia ini memang selalu mempunyai dua sisi yang berlainan. Di mana ada negatif, di sana juga ada positif. Saat masyarakat dililit situasi sulit, tumbuh solidaritas antarmasyarakat.
Teknologi jadi banyak dimanfaatkan untuk penggalangan dana. Hal tersebut sangat menggembirakan. Setidaknya dapat mengimbangi berita hoaks di media sosial, dari oknum tidak bertanggung jawab yang menebar kepanikan.
“Perang” melawan Covid-19 memang perjuangan kemanusiaan. Apalagi karena di Indonesia sangat kekurangan tenaga medis dan fasilitas kesehatan lainnya. Bahkan banyak juga tenaga medis yang gugur dalam menangani virus ini.
Karena itu, inilah saatnya menjadikan pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk saling memperkuat solidaritas sosial sesama anak bangsa. Mari memberi penghormatan tulus bagi semua tenaga medis, para relawan, dan petugas keamanan. Merekalah yang berjuang sekuat tenaga memutus rantai penyebaran virus korona.
Setidaknya kita bisa belajar dari Cina dan Italia. Ketika dihantam badai Covid-19, masyarakat di sana menguatkan satu sama lain, serta mematuhi instruksi pemegang otoritas.
Di Cina, misalnya, masyarakat sepakat berkata, “Wuhan, Jiayou”. Artinya, “Wuhan, kamu pasti bisa”.
Jika mereka bisa, Indonesia pun pasti bisa!
Penulis: Indah Koswandi, Siswi MA Al-Choeriyyah, Cibeas, Singaparna.
—- Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment —-
Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltv
Portal Web: https://kapol.tv
Twiter : https://twitter.com/kapoltv
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Instagram : https://www.instagram.com/kapol_id
Portal Inside : https://kapol.id/