Pandawa Lima Berlindung di Sela Pohon Pisang
KAPOL.ID – Pohon pisang — dalam bahasa Sunda, ‘cau‘ — menjadi kata kunci Kesultanan yang dinahkodai Sultan Patrakusumah VIII atau Rohidin itu. Nama Selacau lahir dari peristiwa.
Awal berdirinya kesultanan tidak lepas dari peran lima tokoh penting yang disebut dengan Pandawa Lima, yakni Raden Patra Kusumah, Raden Arsa Bangsa, Raden Sata Taruna, Raden Patih Dipa Manggala, dan Pangeran Bungsu Damiyani.
Sejarah versi Kesultanan Selacau, mengisahkan pada taun 1549M/969H, Wali Sanga beserta Pandawa Lima dan anggota-anggota yang sudah sepenanggungan sepakat membangun ikatan yang dinamai ”Selacau” di kampung Nagaratengah, Desa Cibungur, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya.
Baca juga: Sultan Patrakusumah VIII Menginginkan Selacau Jadi Wilayah Istimewa
Ketika Pandawa Lima terdesak musuh mereka selalu berlindung di sela-sela pohon cau, sehingga musuh tidak melihat. Karena kesaktian itu akhirnya mereka diberi gelar ”Sunan Sela Cau”. Gelar itu terpatri, sampai sekarang banyak yang bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau”.
Sebelum Kesultanan Selacau berdiri, di disekitar Selacau telah ada kehidupan yang terorganisir dalam bentuk pemerintahan kebataraan yang menganut ajaran Hindu. Dibantu Wali Sanga, akhirnya para pemangku pemerintahan kebataraan yang menganut ajaran Hindu itu beralih haluan menganut ajaran Islam. Kemudian pusat pemerintahannya dipindahkan ke Kalindung.
Di lokasi keraton terdapat telaga, tempat pemandian raja dan ratu yang dinamakan Situ Hyang, sumber pengairan masyarakat di wilayah kesultanan.