Oleh Ai Nurhidayat
Kenapa di sekolah kerap kita menemukan guru yang menjadi “favorit” atau guru yang “dapat diterima” bahkan oleh seluruh siswa?
Survei yang saya lakukan secara kualitatif melalui sampel random, kerap menampilkan hasil yang identik. Saya kerap melakukan pengamatan dan korespondensi selama 7 tahun dan bertanya kepada siswa dari yang memiliki kecerdasan komunikasi, dari siswa yang selalu disiplin tidak pernah membolos dan dari siswa yang berani bolos pun.
Hasil survei menyimpulkan guru yang “disukai” siswa membuat siswa lebih mampu memahami materi pembelajaran. Guru seperti ini dianggap lebih terampil mengelola proses pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah menemukan makna pembelajaran. Selain itu, siswa juga dapat mudah dihubungkan dengan berbagai sumber belajar, termasuk dari gurunya itu.
Kesimpulan sederhana ini awalnya saya gunakan untuk kebutuhan sendiri dalam memberikan arahan kepada kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan di SMK Bakti Karya Parigi. Akan tetapi, saya merasa perlu menyampaikan ini, siapa tahu ada pihak lain yang juga turut melakukan refleksi, atau tertarik melakukan penelitian langsung juga berdasarkan kebutuhan dan situasi di lembaga masing-masing.
Dalam meningkatkan kualitas belajar melalui suasana belajar dan proses pembelajaran, guru sebaiknya belajar dari sesama guru untuk saling berbagi pengalaman dalam memfasilitasi pembelajaran.
Selain saling berbagi pengalaman dalam praktik pembelajaran, guru sebaiknya saling mengintip proses di dalam kelas saat guru lain “beraksi”. Mudah bukan? Ya. Sangat mudah, tapi jarang dilakukan.
Sejak saya menempuh pendidikan di sekolah dasar hingga pendidikan tinggi, orang yang ngintip hanya kepala sekolah, itupun tidak sering. Jarang saya temukan guru yang menyimak guru lain saat mengajar. Bahkan hampir tidak pernah. Padahal guru yang menyenangkan seperti ini dalam setiap pertemuan tindakan kelasnya selalu berbeda. Keren untuk dijadikan inspirasi dalam mengajar.
Saya bersyukur, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi membuat program Bukti Karya. Kini ada secercah harapan, setiap guru dapat belajar dari guru lain di sekolah lain. Akan tetapi, belajar dari sesama guru di sekolah, terutama dari guru “favorit” bisa lebih mudah dilakukan dan lebih bisa dilakukan setiap hari.
Saya berangan-angan, di mana siswa ditanya “siapa guru favorit mereka?” Mereka menjawab “semua guru menyenangkan”. Semoga lekas terjadi.
Ai Nurhidayat, inisiator kelas multikultural SMK Bakti Karya Parigi
www.sbk.sch.id