CULAMEGA, (KAPOL).- Ibarat anak baru gede (ABG), usia ke 13 Dangiang Sunda Pakidulan (DSP) yang bermarkas di Desa/Kecamatan Karangnunggal, bisa dikatakan semangat ngamumule ajen inajen Sunda, terus bersarang di dada rengrengan Dangiang Sunda Pakidulan.
Semangat nanjeurkeun sangkan urang Sunda nanjung tak pernah surut.
Selama satu windu lebih, DSP tetap ‘ajeg’ dan tak pernah tidak menggelar milangkala.
Bahkan, selalu fokus melestarikan budaya sunda yang kini semakin terdesak budaya luar.
Pupuhu Dangiang Sunda Pakidulan, Ending Supratman, SH menjelaskan, milangkala DSP ke 13 digelar di Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, MInggu (29/9/2019) punya warna tersendiri.
Ternyata di Kecamatan Culamega Budaya Sunda masih ajeg diterapkan di lingkungan masyarakatnya.
Banyak seni yang tetap masih bertahan kata Ending, seperti Pencak Silat dari Kampung Cikawung, Tebang sejak dari Kampung Culamega dan yang paling membanggakan di Kampung Cikawung kini sedang gandrung beternak Domba Garut.
“Ada sekitar 600 domba Garut yang datang dari pelosok Kecamatan Culamega, paling banyak dari Desa Cikuya ikut kontes “Domba Kasep”. Tentu bagi warga Tasik pakidulan ini kejadian yang langka dan bisa menjadi aset budaya dan pariwisata potensial untuk bisa dikembangkan,” jelas Ending disela milangkala.
Tak hanya seni dan budaya, di Cikawung, Desa Culamega sangat dikenal dengan Gula Semutnya yang sangat khas.
Dia berharap, kedepan hadirnya DSP di Kecamatan Culamega bisa menjadi spirit mendorong masyarakatnya untuk lebih ngamumule budaya Sunda yang kini sedang tumbuh cukup baik.
Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto mengapresiasi kiprah Dangiang Sunda Pakidulan khususnya di Tasikmalaya selatan.
Dia pun oleh pengurus didaulat untuk memotong tumpeng milangkala DSP yang ke 13 dan diserahkannnya kepada pupuhu DSP Ending Supratman yang akarab disapa Ki Ending.
Usia ke 13 tentu saja, tutur Ade, kontribusi Dangiang Sunda Pakidulan ikut ngamumule Budaya Sunda sudah banyak yang dilakukan.
Salah satu cara orang luar untuk menghancurkan suatau bangsa, diantarana hancurkan budayanya, seterusnya jauhkan bahasa dan seni dari lingkungan masyarakatnya.
‘Alhamdulillah, dengan kiprah Dangiang Sunda Pakidulan, setidaknya budaya Sunda masih tetap eksis di Kabupaten Tasikmalaya dan DSP bisa menangkal budaya luar yang kini sulit dibendung,” harapnya.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tasikmalaya Ir. Safari Agustin menambahkan potensi budaya, nahasa dan seni di Kecamatan Culamega cukup potensial.
Dia akan berupaya dan siap memabantu bisa mengembangkan wisata dan budaya di Culamega.
“Kontes Domba Kasep dan Gula Semut bisa saja dijadikan ikon Kecamatan Culamega. Apalagi di Desa Cikuya ada Talaga Denuh dan situs Denuh yang sangat terkenal. Ini bisa bisa menjadi wisata alam gunung, budaya dan sejarah,” jelasnya.
Hal yang sama, dituturkan Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, Drs Dedi Abdulah.
Menurut Dia, Tasikmalaya selatan memamg sangat kaya dengan Budaya dan Seni Sundanya.
“Banyak potensi budaya dan seni yang tetap eksis di Culamega. Tetu saja ini menjadi perhatian ke depan, Kecamatan Culamega bisa menjadi bagian penting dalam melestarikan budaya dan seni Sunda.
“Kontes Domba Kasep’ ini budaya yang sedang gandrung di Kecamatan Culamega terutama warga Cikuya. Ini cukup menarik,” jelanya. (Agung Ilham Setiadi)***
Ketfot Bupati Tasikmalaya Ade Suginato sedang menyerahkan potongan tumpeng kepada Pupuyhu Dangiang Sunda Pakidulan Ending Supratman SH dalam milangkala DSP ke 13