OPINI

“Caption” Paslon Pilkada

×

“Caption” Paslon Pilkada

Sebarkan artikel ini

Oleh Nizar Kobani
(Mata Pelajar Indonesia, Co-Working Civil Education Empowering)

 

Pembuka

Peristiwa bahasa ada yang berelasi langsung dengan peristiwa berbahasa sehari-hari, baik formal maupun nonformal. Namun, dengan kecanggihan teknologi informasi, peristiwa bahasa ada yang berelasi (seolah-olah) langsung, tetapi berada dalam ruang virtual. Hal ini terjadi dalam peristiwa bahasa, sepeti Chat di medsos, teleconference , dsb.

Sebagai contoh, unggahan atau status yang dikirim di media sosial (medsos). Unggahan ini memiliki alasan dan tujuan beragam, bisa mewakili kepentingan pribadi maupun kepentingan suatu lembaga.  Media Komunikasi visual ini terjadi pada masyarakat yang melek digital. Kita mengenal media komunikasi visual ini dengan istilah caption .

Untuk memahami informasi yang disampaikan caption , kita harus mengenal bagiannya. Secara umum struktur caption adalah (1) orientasi (pengenalan/judul); (2) isi (informasi yang disampaikan; dan (3) reorientasi (penegasan ulang atau judgement ). Dalam setiap bagian dari struktur caption kita akan menemukan (a) bahasa nonverbal gambar dan (b) bahasa verbal kalimat.

Sebuah Pembahasan Singkat

Pilkada serentak di Indonesia akan diselenggarakan pada tanggal 9 Desember 2020. Hajat lima tahunan ini juga akan dilangsungkan di Kabupaten Tasikmalaya. Empat paslon telah mendaftar di KPUD Kabupaten Tasikmalaya, yakni (1) Ade Sugianto (AS)-Cecep Nurul Yakin (CNY), (2) Aziz Rismaya Mahpud (ARM)-Haris Sanjaya (HS), (3) Iwan Saputra (IS)-Iif M. Paoz (IMP), dan (4) Cep Zamzam (CZ) dan Padil Karsoma (PK). Tentu, untuk memperkenalkan figur paslon dan visi yang diusung, media komunikasi caption menjadi efektif.

Menariknya, ketika penulis mengakses medsos ( Facebook , Instagram , Whatsaap , dsb.) caption keempat  paslon ini (sering) ditemukan. Apalagi, ketika kita bepergian, alat peraga kampanye (spanduk, baligo, dan banner) bermunculan menyapa di bahu jalan. Hampir dapat dipastikan, selama tiga bulan ke depan, sampai akhir tahun 2020, caption Pilkada Kabupaten Tasikmalaya meramaikan jagat dunia maya dan nyata. Karenanya, tulisan ini dibuat.  Urutan caption tidak menandakan nomor urut paslon, tetapi lebih karena urutan nama secara alfabetis dari paslon.

Berkhidmat untuk Umat . Caption ini dibuka dengan klausa Berkhidmat untuk Umat sebagai judul. Isi caption menginformasikan figure pasangan calon bupati dan wakil bupati dengan nama masing-masing. Ade Sugianto (Calon Bupati Tasikmalaya) dan Cecep Nurul Yakin (Calon Wakil Bupati Tasikmalaya). Di bagian penutup ada penegasan ulang Tasik Ade-Cecep.

Desain caption lingkaran berlatar putih. Baju koko paslon berwarna putih menjadi kontras dengan wajah kedua paslon dan peci hitam. Komposisi huruf judul berwarna merah, hitam, dan hijau. Dominasi warna merah dan hijau melatari nama kedua paslon yang menandai indeksikalitas partai pengusung. Secara umum, caption menarasikan figure paslon sebagai representasi kaum Islam. Apalagi diperkuat dengan sorban yang ada di bahu kiri calon wakil bupati.

Jujur, Bersih, Peduli. Berikutnya, Caption ini menempatkan frasa Jujur, Bersih, dan Peduli sebagai judul. Isi caption menginformasikan figure paslon dengan nama Aziz-Haris, yakni H. Aziz Rismaya Mahpud, S.E. dan H. Haris Sanjaya, M. I.Pol.  Sebagai penutup, ada penegasan ulang Calon Bupati Tasikmalaya dan Calon Wakil Bupati Tasikmalaya Periode 2021-2026.

Desain caption kotak berlatar abu muda diikuti figure kedua paslon, diikuti latar biru setengah lingkaran, dan terakhir lingkaran putih yang dibubuhi bentuk menyerupai kaca pembesar berwarna magenta menyimbolkan fokusing pada visi kepemimpinan. Selain itu, komposisi ukuran huruf besar dan berwarna kuning mencolok memberi tanda simbolitas pengedepanan nama paslon daripada partai pengusung. Terakhir, pemilihan kostum baju jas hitam dan dasi calon bupati, baju kemeja hijau calon wakil bupati (tanda indeksikal partai), dan peci hitam paslon secara ikonik merepresentasikan perpaduan kaum moderat dan agamis.

Spirit Perubahan Menuju Tasik Masagi.  Sementara itu, caption berikutnya berorientasi pada klausa Spirit Perubahan Menuju Tasik Masagi sebagai judul. Subjudul caption adalah akronim Masagi, yaitu Maju, Sejahtera, dan Religius. Isi caption menginformasikan figure paslon dengan kata penjelas WANI sebagai akronim nama paslon. Penutup caption , ada penegasan ulang H. Iwan Saputra dan H. Iip Miftahul Paoz.

Desain caption kotak berlatar gambar langit cerah biru, awan putih setengah jingga, dan cahaya matahari  menyimbolkan harapan baru. Deretan lambang partai, terindeks pada komposisi warna huruf dan dipertegas dengan akronim WANI (yang berasosiasi dengan kata berani). Pemilihan kostum baju koko putih, dilatari cahaya matahari, dan peci hitam paslon merepresentasikan ikonitas Kaum Islam dan perubahan.

Cekas . Yang terakhir, caption terakhir ini berjudul Cekas dengan subjudul Kabupaten Tasikmalaya Baru Berbasis Pesantren. Isi caption menginformasikan figure paslon dengan nama Cep Zamzam (Pondok Pesantren Nurul Wafa, Gunung Hideung, Sukarame) dan Padil Karsoma (Putera Terbaik Kabupaten Tasikmalaya, Mantan Sekda Purwakarta) sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya 2021—2026. Penutup caption adalah kata Independen.

Desain caption lingkaran dengan ornamen pita di bagian bawah ini didominasi warna hijau. Pewarnaan putih pada kata Independen menjadi kotras dengan latar hijau sebagai penegasan bahwa mereka adalah paslon yang tidak diusung partai. Pemilihan kostum jas formal paslon, dasi, dan peci hitam merepresentasikan kaum Islam sebagai indeksikal subjudul.

Penutup

Sebuah caption , sebagai  hasil dari peritistiwa bahasa pribadi atau pun lembaga, menyediakan referensi dan makna yang otonom yang dijamin oleh bahasa nonverbal gambar dan bahasa verbal kalimat. Dalam caption ,  bahasa nonverbal gambar dapat dimaknai sebagai tanda (Pierce, 1914)  dalam hubungan sebab-akibat (indeksikal), representasi sesuatu (ikonitas), dan konsensus arbitrer/semena-mena (simbolitas). Sementara itu, bahasa verbal caption , yakni takarir,  dapat dimaknai sebagai sebuah tindak tutur (Austin, 1962) dalam gradasi pertanyaan (1) apa yang disampaikan caption (tindak lokusi );  (2) untuk apa caption disampaikan (tindak ilokusi ); dan (3) apa efek atau daya pengaruh kepada pembaca (tindak perlokusi ).

Kiranya, pendekatan semiotaka Pierce dan pragmatik Austin ini masih relevan digunakan untuk memahami caption -caption yang sekarang menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat perkotaan yang melek digital. Apa lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan sistem demokrasi pilkada langsung, kita tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan literasi digital. Kita juga dituntut memiliki literasi dasar calistung agar menjadi pembaca dan pemilih kritis.  Sebabnya, setiap teks ( caption ) dibuat ada  konteks. Harapannya, kita ingin pilkada ini menghasilkan pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan dan kemakmuran masyarakat.

Mangkubuni, 14 September 2020