TASIK, (KAPOL).- Puluhan pimpinan Pondok pesantren di wilayah Timur Kabupaten Tasikmalaya, seperti kecamatan Manonjaya, Karangjaya, Cineam dan Gunung Tanjung, mendorong tokoh muda dan nyantri, Deni Rusyniadi, untuk maju dalam perhelatan politik Pemilihan Bupati Tasikmalaya tahun 2020.
Dukungan tersebut dilakukan dengan deklarasi yang dirlar di Saung Ngeplok Hejo Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (11/9/2019).
Sedikitnya 35 pimpinan pondok pesantren hadir dan berdialog dengan bakal calon Bupati Tasikmalaya yang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial tersebut.
Deni Rusyniadi mengatakan, dirinya memiliki visi Tasik Nyantri, dimana sayang kepada rakyat kecil, peduli kepada santri dan bakti kepada Kiayi, membangun Tasikmalaya penuh inovasi.
Sehingga dirinya menyampaikan sejumlah gagasan terkait pengembangan dunia pesantren.
Sebab ia menilai, pondok pesantren mepakan salah satu element penting dalam pembangunan sumber daya manusia, khususnya peningkatan keilmuan islami masyarakat.
“Pesantren sebagai tonggak pembangunan masyarakat, apalagi di Tasikmalaya yang bertaburan ribuan pesantren. Maka kami ingin, jika pondok pesantren ini bisa diperhatikan lebih oleh pemerintah,” ujarnya.
Sebab Deni memandang, bila saat ini perhatian pemerintah pada dunia pesantren belum terlalu optimal.
Meski diakui sebagai salah satu instrumen pendidikan, akan tetapi dari segi perhatian, seperti pengalokasian anggaran hingga bantuan ke pesantren masih sangat minim.
Hanya beberapa pesantren tertentu saja yang bisa mengakses itu, sementara banyak sisanya masih kesulitan mendapatkan bantuan.
Oleh karenanya, ia memiliki gagasan, jika ditakdirkan dan diberi kepercayaan memimpin Kabupaten Tasikmalaya, maka hal yang pertama yakni berkomunikasi dengan pesantren terkait harus apa saja yang dilakukan.
Termasuk membuat suatu Peraturan Daerah mengenai pesantren.
Sehingga dengan Perda ini, maka dunia pesantren balak mendapatkan perhatian serta di dorong agar lebih maju. Mulai dari manajemen sumber daya manusia, side program, aktivitas bisnis pesantren hingga penggalian sumber pendanaan yang mandiri.
“Saya pikir adanya Perda Pesantren, karena pesantren merupakan satu identitas dan sub-sistem dalam duania pendidikan yang selama ini masih termarjinalkan. Dan yang mendapat perhatian hanya pendidikan formal,” terangnya.
Sulitnya pesantren dalam mengakses proram dan bantuan dari pemerintah daerah diakui Pimpinan Pondok Pesantren Nurssiyam Desa Sirnajaya Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya, H Engkos.
Dimana sejak berdiri tahun 1980, pesantrennya sama sekali belum pernah mendapatkan bantuan.
Padahal beberapa kali pihaknya mencoba, seperti menyiapkan badan hukum, permohonan bantuan hingga sejumlah persyaratan yang diperlukan. Akan tetapi bukannya bantuan yang diterima, ia malah kehabisan biaya proses pengajuan bantuan.
“Banyak alasan dari Pemerintah untuk mengalokasikan anggaran ke pesantren. Kurang inilah, itulah. Bukannya dapat malah habis biaya,” ujar dia.
Dengan majunya Deni Rusyniadi sebagai calon Bupati yang notabennya dari keluarga pondok pesantren juga, maka pihaknya berharap banyak nanti ada keberpihakan pemerintah pada pesanten. (KAPOL)***