OPINI

Hapalan Al-Quran dan CALISTUNG Anak TK

×

Hapalan Al-Quran dan CALISTUNG Anak TK

Sebarkan artikel ini

Oleh Ipa Zumrotul Falihah
Direktur Yayasan Taman Jingga

Ada yang nanya “Sudah hapal berapa surat anaknya?” (Maksudnya surat pendek di juz 30). Ada juga yang nanya sudah bisa baca tulis ngitung belum anaknya? Kadang leluasa, kadang tidak menjawabnya, tergantung situasi.

Untuk itu sekarang saya jawab “untuk hapalan surat surat dalam Al-Quran, secara pribadi saya tidak mentargetkan anak harus hapal apalagi di usia dini.

Termasuk CALISTUNG (baca tulis ngitung), karena ada skala prioritas yang diajarkan terlebih dahulu dalam fase tumbuh kembang anak agar tidak salah kaprah.

Saya ambil contoh di usia Abang Dingga (6 tahun). Abang memang sudah hapal beberapa surat pendek dalam Al-Quran tapi saya tidak pernah menargetnya apalagi memaksanya untuk hapal.

Saya dan suami menekankan abang di usia itu baru belajar ditahap adab, etika, akhlak moral juga nilai nilai tanggung jawab dan kemandirian, serta kesabaran dan kejujuran.

Karena jika sejak kecil adab sudah tertanam, moral sudah terbina belajar tanggung jawab dan mandiri sabar dan jujur.

Anak kita jika besar mau kita lepas kemanapun Insya Allah tak akan salah langkah dan kuat dalam ujian kehidupan. Karena yang sulit itu menerima ujian hidup bukan ujian akademis di sekolah.

Sedangkan ilmu tauhid itu sudah jelas prioritas utama untuk kami ajarkan sejak bayi. Tentu disampaikan sesuai usia anak. Karena mengenal Tuhan di usia dini penting agar pondasi akidahnya kuat, sebelum mengenalkan praktek ibadah dan ilmu lainnya.

Lalu mengenai hafalan Quran dan praktek ibadah, kami mengajarkan secara bertahap tapi lebih ke substansinya dulu.

Selain bisa praktek, anak faham maknanya maksud dan tujuan beribadah tersebut sehingga anak sadar akan kewajiban tanpa harus ditekan atau dipaksa oleh orang tuanya untuk beribadah.

Tak mudah memang mengajarkan sesuatu kepada anak-anak. Harus sabar dan perlu strategi, dan yang paling penting adalah contoh dari kami sebagai orang tua lebih utama.

Daripada sekedar berkata kata menyuruh anak. Karena anak itu lebih mujarab dikasih contoh daripada ucapan orang tuanya. Maka sebagai orang tua belajar terus menselaraskan antara ucapan dan tindakan kami di depan anak.

Balik lagi ke urusan hapalan Quran dan calistung. Sebenarnya hal itu adalah hal yang baik, namun bagi kami jangan ada paksaan dan tekanan kepada anak.

Apalagi jika motivasinya bersaing dengan anak orang lain yang sudah bisa, heiii…. anak kita bukan sedang berkompetisi untuk memuaskan ambisi orang tuanya.

Meski menghapal Al-Quran adalah hal yang positif, tapi jika diajarkan secara paksa dan menekan sehingga anak tertekan apalah artinya itu.

Sebab ada waktunya juga anak untuk bisa baca tulis menghitung atau menghapal ayat-ayat Quran bukan di usia yang sangat dini.

Jangan sampai anak bisa hal tersebut namun psikologinya gak happy gak nyaman karena hanya takut terhadap orang tua.

Beda lagi kalau anaknya mau belajar, happy, nyaman suka dengan hapalan Quran dan calistung di bawah usia SD.

Itu bagus karena tanpa paksaan, maka bersyukurlah atas hal tersebut. Semoga anak anak kita menjadi bisa karena diajarkan nilai-nilai kesadaran terlebih dahulu. Bukan berangkat dari keterpaksaan.

Semoga anak-anak kita dapat belajar ilmu apapun di usia tumbuh kembangnya agar esensi sebuah ilmu benar-benar bermanfaat.***