KAPOL.ID — Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Dudu Rohman,S.Ag. M.SI. menghadiri dan memberikan kata sambutan pada Perayaan Kathina di Pusat Meditasi Vipassana Graha, Jl. Kolonel Masturi No. 69 Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kehadiran Kakanwil yang didampingi Pembimas Buddha Bodhi Giri Ratana, S.Pd., MM., disambut bahagia oleh YM Bhikkhu Wongsin Labhiko Mahathera Kepala Dhammaduta Thailand untuk indonesia dan Ketua Yayasan Bandung Sucino YM Bhikkhu Weerasin Khantiko Mahathera.
Dalam sambutannya, ia mengucapkan selamat Merayakan Kathina 2569 BE/2025 dan berpesan kepada umat Buddha agar semangat dalam menjalankan ibadah dan untuk saling menjaga toleransi, kebersamaan.
Kakanwil menyampaikan juga akan pentingnya nilai-nilai spiritual dan sosial dalam kehidupan beragama, seperti cinta kasih, kebijaksanaan, dan kesusilaan, serta harapan agar perayaan ini dapat membawa kedamaian bagi kita semua.
“Hari Kathina adalah salah satu hari besar yang dirayakan oleh umat Buddha. Makna Hari Raya Kathina adalah perayaan yang menandai berakhirnya masa Vassa (retret musim hujan selama tiga bulan) bagi para bhikkhu,” ucapnya.
Perayaan ini juga merupakan kesempatan bagi umat Buddha untuk berdana (memberi sedekah) kepada para bhikkhu, terutama berupa jubah (Kathina civara) dan kebutuhan pokok lainnya, sebagai bentuk rasa syukur atas ajaran yang telah diterima.
“Vassa adalah sebuah praktik yang dijalankan oleh para bhikkhu untuk berdiam diri di suatu tempat pada musim penghujan, agar terhindar dari bahaya yang timbul karena alam. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari ketidaksengajaan para bhikkhu melukai atau merusak tumbuhan serta makhluk hidup yang muncul di saat musim hujan,” ujarnya.
Pada masa Vassa, para bhikkhu memantapkan diri untuk menyempurnakan sīla dengan melaksanakan meditasi.
Setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina (jatuh pada bulan Oktober-November).
“Hari Raya Kathina merupakan waktu yang tepat bagi umat Buddha untuk berdana di ladang yang subur, yaitu para bhikkhu. Hal ini dianggap sebagai perwujudan rasa syukur dan terima kasih atas nasehat, dorongan, dan bimbingan untuk meningkatkan moralitas atau etika dengan memberikan persembahan 4 (empat) kebutuhan pokok berupa: (1) Jubah (civara), (2) Pindapata (makanan), (3) Tempat tinggal (senasana), dan (4) Obat-obatan (bhesajja),” katanya.
Dalam melaksanakan dana Kathina, kata dia, umat Buddha harus penuh keyakinan, bahagia pada sebelum, saat, dan setelah memberi dana.
“Pemberian dana yang dilakukan dengan hal-hal seperti itu, maka akan memperoleh manfaat yang sangat besar seperti: paras cantik, suara merdu, kekuasaan serta mempunyai banyak pengikut (Nidhikanda Sutta, SN.1;8),” ucapnya.
Dana merupakan salah satu bentuk praktik pelepasan. Pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat serakah, kebencian, dan kegelapan batin.
“Pelaksanaan praktik dana diharapkan dapat mengikis kemelekatan pada diri seseorang. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan praktik dana adalah barang atau sesuatu yang akan diberikan merupakan hasil dari perbuatan benar,” ujar dia.
Adanya mutualisme antara sangha dengan perumah tangga, maka sudah sepantasnya hubungan ini harus tetap dijaga dengan baik.
“Hubungan ini merupakan hubungan saling menghormati sesuai dengan posisinya masing-masing, Kedua pihak memiliki rasa saling asah, asih, dan asuh. Dengan demikian kita semua dapat memperoleh manfaat dari hubungan ini demi meningkatkan kualitas batin dan kelestarian agama Buddha,” katanya.
Tanggapan dari pihak Pusat Meditasi Vipassana Graha, Bhante merasa berbahagia dapat kunjungan dari orang nomor satu yang mengurusi agama Jawa Barat.
“Bhante senang sekali pak Kanwil datang ke Vipasana Graha ini, semoga pak Kanwil sehat selalu supaya bisa membina umat beragama Jawa Barat,” katanya.
Bhante Wongsin juga mengharapkan kehadiran pak Kakanwil ke Kebun Persahabatan Purwakarta pada tanggal 9 November supaya bisa menyaksikan kehidupan toleransi di Kebun Persahabatan Purwakarta.
Sambutan Pembimas Buddha
Dalam sambutannya mengucapkan selamat Merayakan Kathina 2569 BE 2025 dan menyampaikan peringatan Kathina ini merupakan waktu yang tepat bagi umat Buddha untuk berbuat kebajikan dengan berdana kepada para Bhikkhu setelah para bhikkhu menyelesaikan masa Vassa.
Dalam melaksanakan persembahan dana Kathina atau sanghadana, umat Buddha harus penuh keyakinan dengan hati yang bahagia.
Menurutnya, persembahan atau pemberian dana yang dilakukan seperti itu, akan memperoleh manfaat yang sangat besar.
Hal ini sebagai perwujudan rasa syukur dan terima kasih atas nasehat, dorongan, dan bimbingan untuk meningkatkan keyakinan, moralitas atau etika dalam kehidupan.
Pada peringatan Kathina umat Buddha berkesempatan memberikan persembahan kepada bhikkhu berupa empat kebutuhan pokok diantaranya: Jubah (civara), pindapata (makanan), tempat tinggal (senasana), dan obat-obatan (bhesajja) serta bisa melakukan sangha dana secara langsung.
Dana merupakan salah satu bentuk praktik pelepasan, yang pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat serakah, kebencian, dan kegelapan batin.
Pelaksanaan praktik dana diharapkan dapat mengikis kemelekatan pada diri seseorang.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan praktik dana adalah barang atau sesuatu yang akan diberikan merupakan hasil dari pekerjaan yang benar.
Persembahan dana Kathina ataupun sangha dana merupakan salah satu bentuk penghormatan umat Buddha kepada Bhikkhu, dengan melakukan yang demikian itu kita semua akan dapat memperoleh manfaat demi meningkatkan kualitas batin dan keberlangsungan Buddha Sasana.***






