PENDIDIKAN

Ma’soem University, Gelar Seminar Internasional Peran dan Tantangan BK di Era Industri 4.0

×

Ma’soem University, Gelar Seminar Internasional Peran dan Tantangan BK di Era Industri 4.0

Sebarkan artikel ini

JATINANGOR, (KAPOL).- Ma’soem University (MU) menggelar seminar internasional terkait dengan peran dan tantangan BK di era industri 4.0 di Aula Gedung A Kampus Ma’soem University (MU) di Jalan Raya Cipacing Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jumat (18/2019).

Kegiatan tersebut diikuti sebanyak 100 guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA ditambah perwakilan dari belasan perguruan tinggi dan universitas.

Dalam kesempatan itu pun, dilaksanakan kerjasama dan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara University Pendidikan Sultan Idris Malaysia dengan 12 peeguruan tinggi dan universitas di Jawa Barat, Indonesia.

Sebanyak 12 pergurusn tinggi itu, yakni STKIP Sebelas April Sumedang, Politeknik FIKSI,  STIMIK Sumedang, STT Mandala, UNSUR Cianjur, Politeknik dan STMIK LPKIA Bandung, AIN Syech Nurjati Cirebon, Institut Agama Islam Ma’arif NU (IAIM NU) Metro Lampung, STIT Buntet Pesantren Cirebon, STAI 11 April Sumedang, Universitas Ma’soem dan STIKINDO Bandung.

Selain itu turut hadir dari perwakilan APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia).

Bidang kerjasama di antara perguruan tinggi itu, pertama pertukaran bahan penelitian, publikasi dan informasi, kedua dukungan dan pembelajaran jarak jauh.

Ketiga mengkoordinasikan program penelitian bersama dan keempat pertukaran mahasiswa, dosen dan staf akademik lainnya.

Dalam kerjasama itu, melibatkan prodi BK dalam pelaksanaannya.

Seminar internasional itu turut dihadiri Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV dan Guru Besar Bimbingan Konseling Prof DR. Uman Suherman, AS., M.Pd., selain itu perwakilan University Pendidikan Sultan Idris Malaysia Ab  Azis Mohd Yatim dan Prof Madya Dr. Ridzwan bin Che Rus.

Pelaksana Harian Rektor MU Ir. H. Tonton Taufik Rachman,  MBA., Badan Pengurus Harian MU sekaligus Ketua APTISI  Komisariat 6B meliputi Bandung Timur, Bandung Selatan, Jatinangor dan Sumedang Drs. Asep Sujana, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan MU Andre Julius, M.Pd., dan perwakilan belasan perguruan tinggi tersebut.

Di hadapan 100 guru BK asal Bandung, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya, Uman Suherman menyatakan, BK sebagai upaya mempermudah tujuan pendidikan.

“Dengan BK memudahkan guru mencapai tujuan pendidikan, siswa menjadi betah belajar di sekolah,” kata Uman.

Dikatakan, melalui BK dapat membentuk sikap dan prilaku, selain membuat anak nyaman di sekolah.

Maka, dengan adanya guru BK itu dapat  memberikan kenyamanan bagi anak didik untuk menata masa depannya.

Ia berharap, dengan adanya guru BK itu membuat nyaman para siswa masuk sekolah. Agar, anak senang masuk sekolah.

“Untuk diingat, sekolah masa depan bagi kehidupan siswa, jangan sampai guru tak ada di ruang kelas. Membuat anak nyaman dan betah di sekolah, bukan karena keramahaan guru, tapi gurunya harus ada di kelas. Guru lebih dulu ada di kelas. Guru BK harus paham pola pikir siswa,” ujarnya.

Ia mengatakan, para guru BK tidak bisa lagi menjalankan fungsi dengan konsep jadul.

“Kemudian tidak bisa lagi lagi menggunakan intrumen di sekolah tanpa berbasis teknologi. Yang jelas, guru BK harus mampu mengembangkan literasi,” tuturnya.

Ia menuturkan, di sekolah harus punya data base, berkaitan dengan potensi siswa. Guru BK pun harus panjang ingatan.

Menurutnya, guru BK harus paham anak didik mampu menggunakan komputer serta paham dalam memanfaatkan fasilitas teknokogi. Karena, ucap dia, teknologi dibangun melalui kapasitas manusia.

“Guru BK sangat penting untuk memahami  literasi manusia. Guru BK tak hanya memahami orang itu cerdas, tapi potensi masa depannya. Guru BK harus ada inisiatif dan pengembangan diri,” ucapnya.

Dikatakan, BK tidak bisa tergantung pada teknologi karena berkaitan dengan literasi kemanusiaan.

Guru BK harus menguasai teknokogi, literasi manusia harus diperkuat dan membangun komunikasi.

Sementara itu, Asep Sujana mengatakan jika dilaksanakannya  kerjasama dan penandatangan MoU antara University Pendidikan Sultan Idris Malaysia dengan 12 perguruan tinggi dan universitas di Jawa Barat, Indonesia, awalnya di akreditasi ada ketentuan setiap perguruan tinggi harus ada kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri.

Menurutnya, kebetulan Prodi BK Sultan Idris Malaysia, sebelumnya mau mengunjungi ke sini (Ma’soem University).

“Saya bilang harus memanfaatkan momentum tersebut. Ternyata mereka (Prodi BK Sultan Azis Malaysia) bersedia melakukan hal itu untuk melakukan MoU dengan 12 perguruan tinggi swasta. Satu di antaranya perguruan tinggi negeri,” ujarnya. (KP-02)***