AKHIR Agustus lalu para ahli bahasa Universitas Pendidikan Indonesia melakukan sebuah bentuk pengabdian pada Masayarakat dengan memberikan pelatihan menulis bagi para guru dan calon guru di kota Bandung.
Pelatihan ini dihadiri oleh tidak kurang dari 40 peserta baik secara daring maupun secara luring (tatap muka langsung). Walaupun dimasa pandemi Covid-19 yang notabene menjadi momok tersendiri dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pertemuan namun tersebut tidak menyurutkan semangat para guru mencari ilmu.
Pembatasan jumlah peserta tatap mukapun dilakukan panitia untuk menghindari segala kemungkinan buruk, dan selebihnya melalui daring (dalam jaringan) dengan menggunakan salah satu aplikasi meeting yang tengah beredar luas.
Peserta pelatihan yang terdiri dari guru Sekolah Dasar yang ada di Kota Bandung berasal dari berbagai bidang ilmu, tidak hanya bahasa namun ada juga matematika, sains, bahkan tidak menutup kemungkinan guru yang mengajar bidang ilmu seni dan keterampilan juga hadir di sini.
Mereka mengemukakan bahwa kesempatan ini layak untuk diberikan penghargaan dan diapresiasi dengan bentuk nyata yaitu kehadiran dan keseriusan dalam mendapatkan informasinya, baik itu secara daring maupun tatap langsung dengan para pakar.
Seorang pakar dan guru besar bahasa dari UPI, Prof. Rahman menyatakan bahwa pelatihan menulis merupakan salah satu usaha cerdas dari para ahli dalam meminimalisir terjadinya penyaduran tulisan dan kemerosotan berpikir di masa depan yang berujung pada plagiat dan perubahan hak milik cipta seseorang.
Tidak sedikit metode atau teknik menyadur ulang atau mengutip tulisan orang lain akan berdampak pada prestasi kerja seseorang, akan berakibat baik jika proses penyaduran disusun dalam bentuk parafrase yang kemukakan ulang dalam sudut pandang baru, namun akan berakibat buruk malah menjadi salah satu kriminalitas dan pencemaran nama baik diri manakala proses penyaduran tidak diperhatikan dengan baik.
Pada sesi selanjutnya pakar bahasa lain yaitu Prof. N. Tatat Hartati menjelaskan seseorang dinyatakan mampu dan terampil menulis dilihat dari indikator penilaiannya, namun tidak jarang ini diabaikan orang dan menjadi bumerang bagi diri manakala dia berpendapat atau mengeluarkan isi kepalanya tanpa ada saringan akan aturan berbahasa.
Penilaian indikator dalam menulis bagi anak sekolah dasar dapat diklasifikasikan pada beberapa hal yaitu bagaimana cara seseorang mengungkapkan sebuah cerita/ tulisan yang jelas kronologisnya.
Isi cerita yang dipaparkanpun sesuai dengan karakter subjek cerita, kemampuan memilih dan menentukan kosakata yang akurat, tingkat kejelian dalan menulis ejaanpun diperhatikan, dan yang terakhir adalah mampu menempatkan konflik dari sebuah cerita/ tulisan. Kompleksitas inilah yang patut dimiliki oleh seorang penulis ditataran sekolah dasar.
Penyaji materi berikutnya menekankan pada penerapan model Circuit Learning dalam proses pembelajaran, Rima Rikmasari memaparkan curcuit learning merupakan model pembelajaran yang memaksimalkan pikiran dan perasaaan dengan pola penambahan dan pengulangan.
Dimulai dengan sesi tanya jawab tentang topik yang akan dipelajari, penyajian dan penjelasan konsep yang akan dibahas, tahapan berikutnya adalah membagi kelas dalam beberapa kelompok, mengisi lembar kerja, presentasi kelompok dan diakhiri dengan reward/ pujian.
Secara teknis Rima dibantu oleh Decenni Amelia membuat simulasi pelaksanaan model Circuit Learning tersebut sehingga nyata bahwa model ini merupakan solusi yang diberikan dalam mengajar sehingga pembelajaran menyenangkan dan bermakna.
Rima Rikmasari dan Decenni Amelia adalah mahasiswa Pascasarjana UPI Program Studi Pendidikan Dasar yang mengambil program Doktor (S3).
Pertemuan ilmiah ini juga merupakan bentuk keseriusan para ahli dibidang pendidikan untuk turut serta membangun peradaban yang lebih baik kedepannya dalam menghadapi relevansi kompetensi 4th Industry Revolution (revolusi Industri 4.0) dimana sistem cerdas memungkinkan konvergensi dunia digital dan fisik menjadi fokus utamanya adalah jaringan internet, Data, manusia, dan servis (pelayanan). Sesuai dengan standar Programme for International Student Assesment (PISA) yaitu re-focusing pembelajaran cakupannya antara lain pengalaman belajar yang bermakna, pendidikan kecakapan hidup, dan mendorong literasi dan numerasi.
[Rahman, N. Tatat Hartati, Rima Rikmasari, Decenni Amelia]