Oleh Gita Wibawa Ning Putri
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Galuh Ciamis
Akhir-akhir ini isu mengenai konflik panjang antara Israel dan Palestina kembali memanas dan menghebohkan dunia. Konflik ini merupakan salah satu konflik terpanjang dan paling kompleks dalam sejarah dunia modern. Dan untuk yang kesekian kalinya, lagi-lagi Israel kembali memerangi Palestina.
Konflik yang sudah terjadi bahkan selama 100 tahun lebih itu memang sangat rumit dan bisa dikatakan seperti mustahil untuk adanya perdamaian. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi pemicu konflik tersebut hingga kini masih saja terjadi?
Ada banyak sekali faktor-faktor penyebab dan sumber utama permasalahan yang terjadi di antara kedua negara ini. Dan akar permasalahan ini bukan hanya dikarenakan hak kepemilikan tanah saja, melainkan juga ada hal lain yang melatar belakanginya. Beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik ini yakni melibatkan faktor politik, sejarah, sosial, dan yang paling utama adalah agama.
Akar masalah utama dalam konflik ini yakni adanya Deklarasi Balfour. Pada 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, mengeluarkan Deklarasi Balfour. Deklarasi Balfour ini menjadi jejak penting, yakni pemberian dukungan dari Pemerintah Britania Raya terhadap pendirian tanah air nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.
Namun, akibat dari adanya Deklarasi Balfour ini memiliki dampak yang jauh lebih besar dan menimbulkan konflik yang berkepanjangan hingga detik ini. Akibat Deklarasi Balfour ini pula, yang menjadikan cikal bakal penderitaan hingga mengubah nasib rakyat Palestina.
Hingga detik ini, Israel masih terus-menerus berupaya menggusur Palestina bermodalkan deklarasi yang dirilis Inggris pada 1917 itu. Hingga kemudian, ketegangan kedua negara itu kembali terjadi, pada 7 Oktober lalu. Ini disinyalir berawal dari serangan mendadak, Hamas ke Israel sebagai bentuk perlawanan negara Palestina kepada Israel.
Pertama dalam sejarah, Hamas melancarkan serangan dadakan ke Israel yang sebelumnya belum pernah terjadi. Hingga kemudian Israel mengadakan serangan balik dengan skala besar yang memakan korban jiwa bahkan sampai menembus angka ribuan.
Hubungan Indonesia-Palestina
Hubungan antara Indonesia dan Palestina sudah terjalin sejak lama semenjak awal kemerdekaan Indonesia. Palestina merupakan negara pertama yang memberikan pengakuan kemerdekaan terhadap Deklarasi Indonesia.
Selain itu, kedekatan antara bangsa Indonesia dan Palestina disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya yaitu seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang beragama Islam terbesar di dunia yang tentu saja mempunyai kedekatan emosional tersendiri dengan bangsa Palestina yang juga merupakan mayoritas penduduknya beragama Islam.
Faktor lainnya kedua negara ini merupakan negara yang sama-sama mengalami penjajahan oleh bangsa lain. Indonesia yang pernah dijajah oleh bangsa Belanda dan Jepang hingga akhirnya merdeka pada tahun 1945, sedangkan Palestina terus menerus dijajah oleh Israel yang ingin merebut wilayahnya sampai detik ini.
Selain itu, hubungan keduanya terus terjalin baik seperti adanya berbagai bentuk kerja sama yang dilakukan dalam rangka peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Kerja sama ini meliputi bidang pendidikan, ekonomi, politik dan hubungan antar warga kedua negara.
Indonesia menyampaikan keprihatinan mendalam atas konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Keprihatinan ini ditunjukkan dengan adanya Gelar Aksi Bela Palestina. Ribuan massa dari berbagai kelompok masyarakat, organisasi, bahkan publik figur pun turut serta turun ke jalan untuk mendukung kemerdekaan Palestina dari tangan penjajahan Israel.
Serta menyuarakan pembebasan dari kekejaman Israel. Gelar Aksi bela Palestina tersebut digelar di sejumlah daerah di Indonesia, Seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang, Sumatera Barat, Solo, Makassar, Bandung, Aceh dsb. Hal ini sebagai bentuk dukungan dan ungkapan rasa keprihatinan terhadap warga Palestina yang menjadi korban atas kekejaman Israel.
Keprihatinan
Pemerintah Indonesia pun menyampaikan keprihatinan mendalam atas konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Pemerintah melalui Kementrian Luar Negeri menyampaikan keprihatinan atas eskalasi konflik yang terjadi di Jalur Gaza. Kemlu mengatakan keprihatinan Indonesia atas meningkatnya eskalasi konflik yang terjadi antara Palestina-Israel.
Juga mendesak agar tindakan kekerasan itu segera dihentikan guna menghindari jumlah korban manusia yang semakin bertambah. Kemlu RI juga mengatakan akar konflik tersebut harus diselesaikan, sesuai parameter yang sudah disepakati oleh PBB.
Selain itu juga, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada korban yang terdampak perang Gaza di Palestina.
Ekskalasi tindakan kekerasan kembali terjadi antara Palestina dan Israel. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Islam terbesar tentu saja tak tinggal diam. Indonesia mendukung penuh kemerdekaan Palestina sampai titik darah penghabisan.
Dukungan Indonesia terhadap Palestina tidak hanya dengan menutup hubungan bilateral secara formal dengan Israel, namun juga melalui keputusan-keputusan lainnya, seperti menolak kedatangan tim sepakbola nasional Israel dalam ajang Piala Dunia U-20 2023-meski dampaknya Indonesia batal menjadi tuan rumah ajang Internasional tersebut.
Selain itu, Indonesia juga memberikan berbagai bentuk bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina akibat terkena dampak konflik.***