Siapa yang tidak kenal Gunung Roay? Daerah yang dikenal kawasan padat kontrakan, yang sangat dekat dengan kampus Universitas Siliwangi ini, cukup sering dilalui oleh berbagai jasa antar.
Baik paket barang, makanan, ataupun jasa antar, Gunung Roay seketika menjadi wilayah yang cukup laku dan ramai oleh berbagai jasa antar. Bahkan, menurut salah seorang kurir paket, hampir setiap hari terdapat banyak paket yang bertujuan di kontrakan-kontrakan Gunung Roay.
Entah itu pesanan dari online shop, kiriman dari orang tua, ataupun lainnya. Memang tidak dapat dipungkiri, di tengah perkembangan teknologi, kemudahan masyarakat khususnya mahasiswa termudahkan melalui kehadiran berbagai jasa antar berbasis online tersebut.
Dari salah seorang tokoh masyarakat asli Gunung Roay, dulu Gunung Roay ini adalah hutan. Penuh dengan pepohonan. Bahkan, dulu namanya bukan Gunung Roay. Sayangnya, beliau lupa apa nama awal daerah ini sebelum menjadi Gunung Roay.
Singkat cerita, hadirnya kampus Universitas Siliwangi, menjadi titik awal tumbuhnya hunian kontrakan bagi mahasiswa-mahasiswi. Masyarakat setempat berbondong-bondong membangun kontrakan karena dinilai berpotensi dan mempunyai pasar tetap.
Rimbun pepohonan, dibabad habis dan dibangun rumah serta kontrakan. Gunung Roay pun berubah.
Implikasi positifnya, perkembangan penduduk di Gunung Roay semakin pesat. Banyak perubahan yang dirasa masyarakat, khususnya sumber pendapatan, menjadi semakin meningkat. Implikasi negatifnya, perubahan tempat publik hingga sikap dan perilaku pun semakin tersampingkan.
Hingga saat ini, nyaris tidak ada lapangan hijau terbuka di Gunung Roay karena sudah dibangun kontrakan. Jika pun ada, paling hanya satu atau dua. Tidak ada lagi permainan gobak sodor yang biasa dilakukan bersama-sama di lapangan waktu sore. Tidak ada lagi pula permainan bulu tangkis yang biasa dilakukan malam-malam bersama-sama di lapangan waktu malam.