Ke depan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan Sektor ekonomi yang sangat menjanjikan untuk upaya menjaga ketahanan ekonomi dan menaikan taraf hidup, pendapatan perkapita masyarakat dan kesejahteraan rakyat Indonesia, Mengapa dan bagaimana dengan daerah kita Kota dan Kabupaten Tasikmalaya yang berjubel UMKM nya?
UMKM memiliki fleksibilitas dan kelenturan dalam daur sistem kerjanya dan operasi usahanya. Apalagi jika dikaitkan dengan wabah pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia dan negara kita. Lalu bagaimana UMKM bisa menjadi Pahlawan Ekonomi di Indonesia? Termasuk di Tasikmalaya?
“New Normal” adalah konsep yang pemerintah galakan kepada seluruh element masyarakat Indonesia dari individu, keluarga, pebisnis, sekolah bahkan koorporasi raksasa semua akan menerepkan konsep “new normal” ini.
Lantas mengapa UMKM justru bisa menjadi senjata ekonomi di dalam konsep kehidupan baru yang disebut “new normal”? Padahal UMKM justru sektor yang paling terpukul dengan adanya pandemi covid 19 ini. Sang Bossman Mardigu Wowik, mantan shadow di Indonesia memaparkan kelebihan UMKM.
Menurut Mardigu, UMKM adalah bentuk bisnis yang mudah bangkrut tapi juga mudah bangkit. Karena badannya belum besar seperti korporasi raksasa semacam Unilever atau Wings. Perusahaan raksasa cukup kesulitan untuk melakukan pivot bisnis karna badannya yang besar itu. Namun demikian UMKM malah dengan mudahnya lebur untuk membentuk kembali model bisnis yang bisa menyesuaikan dengan keadaan (adaptif).
Era Covid-19 ini erat hubungannya dengan industri 4.0, yang mana semua sektor bisnis mapan bisa jatuh begitu saja karna disrupsi ekonomi. Kita ambil contoh semisal perusahaan Gojeg, Traveloka, Tokopedia serta para pebisnis jasa perantara yang kini menjadi Unicorn ekonomi yang hanya bermodalkan sistem tanpa memiliki aset besar. Tentu pebisnis banyak yang tidak siap menghadapi disrupsi ekonomi ditambah lagi tahun 2020 ini adalah masa resesi ekonomi yang dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
Oleh sebab itulah, UMKM punya peluang besar untuk membangun jaringan dan bisnisnya dengan mengondisikan dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, UMKM harus go nasional bahkan internasional untuk mendapatkan market yang lebih besar dan luas lagi.
Bayangkan kita selalu disebut dengan bangsa konsumen sementara di sisi lain kita mempunyai jutaan potensi usaha yang memiliki kulitas dunia dan diversifikasi produk yang unik dan hanya Indonesia yang memililkinya. Lalu bagaimana kualitas UMKM Tasikmalaya dimata nasional dan dunia? Adakah langkah kongkrit pemerintah atau keterlibatan pemerintah dalam mendongkrak atau mengendorse produk Tasikmalaya yang dikenal sebagai Kota 1000 UMKM?
Sejauh pengamatan saya, dan tentu saja sangat disayangkan adalah para pemangku kepentingan tidak atau belum menunjukan keberpihakaannya dengan nyata sektor UMKM, pemerintah daerah belum secara sungguh-sungguh memperhatikan mereka. Mereka masih menganggap UMKM sebagai sektor yang tidaklah penting untuk di kembangkan.
Tasikmalaya (baik kota maupun kabupaten) bisa bangkit dan maju secara ekonomi dengan kebangkitan dan Menjamurnya UMKM di segala bidang. Mulai UMKM bidang makanan, garmen, grabah, anyaman bahkan produk sisa hasil pembuangan/sampah bisa menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual yang tinggi di tangan-tangan kreatif masyarakat Tasikmalaya.
Hal yang sangat ironi, dengan segala potensi yang dimiliki, kenapa Kota dan Kabupaten Tasikmalaya menempatkan posisi pertama dan kedua sebagai daerah termiskin di Jawa Barat? Dan yang lebih ironisnya lagi, jika kita membaca dan melihat Kota Tasikmalaya.
Padahal di Kota Tasikmalaya banyak bangunan menjulang tinggi seperti hotel hotel berbintang dan departement store yang mewah yang bisa menunjang perekonomian masyarakat tingkat atas dan menjadi indikator taraf ekonomi Masyarakatnya.
Sebenarnya apa yang salah dalam Hal ini?
Pemerintah kah? Hanya sepertinya tidak melulu kita harus menggerutu dengan menyalahkan kebijakan pemerintah itu saja. Ada faktor good will dan political will dari top leader daerah, Pengambil keputusanlah yang berperan penting.
Seyogyanya pengambil keputusan di sini adalah seorang pemimpin yang harus sudah merdeka dan selesai dengan kepentingan dirinya sendiri, dan paham urusan pengurusan ekonomi baik secara mikro mapun makro. Dia akan memiliki kepedulian dan komitmen murni untuk memikirkan kepentingan umum dan masyarakatnya.
Disinilah perlunya seorang pemimpin yang siap mewakafkan dirinya untuk memajukan dan membangkitkan seluruh potensi daerah yang akan dipimpinnya, dia seorang pemimpin yang kreatif, inovatif, cerdas serta yang paling utama adalah peduli pada Masyarakatnya. Hal itu juga menunjukan pancaran atau emanasi dari bukti dan indikator tarnsformasi nilai-nilai agama dan ketuhanannya.
Dengan pemimpin baru, sistem baru dan semangat baru di era baru yang disebut “new normal” ini, kita yakin bahwa sebagai warga Tasikmalaya kita bisa bangkit dari keterpurukan ini dan segera menatap cahaya cerah di masa depan.
Penulis, Pegiat Literasi Kebijakan Publik
Tinggal di Kota Tasikmalaya