KAPOL.ID –
Peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) secara signifikan terjadi di Kota Tasikmalaya saat pandemi Covid-19.
Periode Januari-Juni ini, Dinkes setempat mencatat total kasus lebih dari 600 orang dengan kematian 16 orang.
“Hasil kajian dari Balitbangkes Kemenkes 2020, mengindikasikan masuk dalam kejadian luar biasa (KLB) DBD. Sebab dari tujuh indikator dari Permenkes no. 1501 tahun 2010, satu saja sudah cukup.”
“Case Fatality Rate (CFR)-nya di atas 50 persen, dan Kota Tasik mencapai 615,52 persen di periode yang sama tahun 2019 dibandingkan tahun ini,” tulis tim peneliti dalam laporan yang diterima KAPOL.ID, Kamis (25/6/2020).
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr. Uus Supangat tidak memungkiri. Sebagai bagian dari Pemkot Tasikmalaya akan menentukan status atas pertimbangan kepala daerah.
“Hari ini kita rakor dengan Pak Gubernur dan jajaran. Sekaligus memastikan status penanganan DBD,” katanya.
Ketika disinggung tingginya angka kematian dibanding Covid-19, pihaknya masih melakukan evaluasi secara menyeluruh.
Namun fakta mencengangkan dari data di lapangan, 11 dari 17 yang meninggal dunia adalah anak-anak.
“Mayoritas masuk fase lanjut dari DBD, istilahnya DSS. Saat ditangani di fasilitas kesehatan, kondisinya gawat,” ujar Uus.
Wali Kota Tasikmalaya, H. Budi Budiman mengatakan status penanganan DBD baru siaga 1 dan akan berkonsultasi dengan Pemprov terkait situasi tersebut.
“Belum, belum KLB. Baru siaga 1. Sore ini saya juga ke Bandung menemui Gubernur dan jajaran terkait DBD,” ujarnya.
Ia berharap situasi tersebut perlu penanganan masif hingga tingkat terbawah meliputi seluruh elemen masyarakat. Sebab gerakan pencegahan sangat penting untuk menekan meningkatnya kasus.
“Sebenarnya ujungnya PHBS, sama seperti covid-19. Tim kesehatan akan bergerak bersama instansi vertikal dan masyarakat untuk pencegahan,” katanya. ***