OPINI

Ekologi Politik “Food Waste and Loss” Menyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia

×

Ekologi Politik “Food Waste and Loss” Menyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia

Sebarkan artikel ini
Ekologi Politik
  1. Membahayakan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati hanya mengacu pada spesies dan organisme yang berbeda yang membentuk ekosistem lingkungan. Pertanian tunggal dan peternakan juga sebenarnya menyebabkan kerusakan pada keanekaragaman hayati dengan melakukan penanaman tunggal dan mengubah lahan liar untuk peternakan. Deforestasi dan konversi lahan alami menjadi lahan yang tidak dapat ditanami menghancurkan flora dan fauna alami yang ada, dan dalam beberapa kasus, sampai pada titik kepunahannya. Kehidupan laut juga tercatat mengalami penurunan populasi, dengan banyaknya ikan yang ditangkap menyebabkan penipisan ekosistem laut. Peningkatan tahunan rata-rata konsumsi ikan global dilaporkan melampaui pertumbuhan populasi, namun pada saat yang sama, tempat-tempat seperti Eropa membuang 40-60% ikan karena tidak memenuhi standar kualitas supermarket. Saat dunia terus mengeksploitasi dan menipiskan stok ikan secara berlebihan, telah menciptakan gangguan parah pada ekosistem laut dan rantai makanan, serta mengancam ketahanan pangan perairan.

Limbah makanan adalah masalah yang menyebar di seluruh dunia, tidak hanya di negara-negara maju. Saat ini, lebih dari 800 juta orang menderita kekurangan gizi parah, pemikiran yang mengejutkan ketika 1/3 dari semua makanan yang dimaksudkan untuk dikonsumsi manusia malah terbuang. Limbah makanan berdampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi, ketahanan pangan, dan gizi.

Berdasarkan dari dampak yang ditimbulkan oleh limbah makanan, maka perlu disadari untuk melakukan pencegahan dan pengelolaan yang tepat. Indonesia sendiri sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang juga termasuk ke dalam kategori kawasan yang menyumbang global food waste sebanyak 23 sampai 48 miliar metrik ton per tahun, jumlah yang cukup untuk mengatasi masalah kekurangan gizi negara. Selama 20 tahun terakhir, rata-rata sekitar 115-184 kg makanan per kapita per tahun itu terbuang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bekerja sama dengan lembaga think-tank World Resources Institute dan perusahaan konsultan manajemen Waste for Change. Sebagian besar food waste di Indonesia terjadi pada fase pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, dan penjualan tanaman pangan, khususnya biji-bijian. Sedangkan untuk sisa makanan terjadi pada tahap konsumsi oleh manusia. Jika ditelaah lagi, setiap makanan yang dibuang mengandung nutrisi penting, termasuk energi, protein, vitamin A, dan zat besi, yang secara keseluruhan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi 61-125 juta orang per tahun.

Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2019, food waste menyebabkan hilangnya energi sebesar 618-989 kkal per orang per hari atau setara dengan 2.100 kkal yang disarankan Kementrian Kesehatan. Namun di sisi lain, 24 juta orang Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum asupan kalori harian sebanyak 1.400 kkal per hari atau 70% dari yang disarankan. Dampak dari food waste juga memengaruhi pada perekonomian Indonesia, Produk Domestik Bruto hilang sebanyak Rp. 213-551 triliun per tahun karena rantai pasokan makanan yang tidak efisien dan pemborosan dalam konsumsi makanan. Selain itu, dampak terhadap lingkungannya, zat sisa makanan menimbulkan Emisi Gas Rumah Kaca, yang dalam konteks Indonesia selama 20 tahun menghasilkan 1.703 megaton CH4.