OPINI

Generasi Milenial Tetap Produktif Saat Pandemi Corona

×

Generasi Milenial Tetap Produktif Saat Pandemi Corona

Sebarkan artikel ini

GENERASI milenial atau orang sering menyebutnya kidz jaman now yang artinya anak jaman sekarang yang serba kekinian, hits dan serba digital. Diketahui bahwa ada beberapa macam karakteristik milenial, salah satunya yaitu milenial memanfaatkan teknologi dan informasi (Hidayatullah, Waris, & Devianti, 2018).

Artinya milenial tidak akan ketinggalan informasi terbaru dan terkini serta hampir semua aktifitas dilakukan menggunakan teknologi atau secara digital. Contohnya pada saat ini pembayaran berupa cashless yang banyak digunakan oleh anak-anak jaman sekarang. Semua dilakukan hanya dengan satu genggaman dan hanya satu alat yaitu smartphone.

Kebanyakan dari mereka, lebih memilih berdiam diri dirumah hanya untuk sekedar bermain gadget. Serta generasi milenial memiliki karakteristik malas dan konsumtif sesuai dengan yang disebutkan pada jurnal tersebut. Malas disini maksudnya yaitu ingin serba instan, mudah serta cenderung sering menghabiskan uang untuk berbelanja atau menggunakan jasa yang telah disediakan.

Anak-anak jaman sekarang pun banyak yang memilih untuk berbisnis. Kalau kata mereka, hobi atau keterampilan yang dibayar. Apa yang mereka sukai sesuai dengan hobi dan keterampilan akan dijadikan bisnis untuk menghasilkan uang. Dengan selalu melihat apa yang menjadi kebutuhan khalayak dan selalu melihat apa yang menjadi kekinian saat ini. Contohnya, ketika berbisnis jilbab menjadi trend atau ketika skincare korea yang booming digunakan oleh para artis atau influencer, anak milenial memanfaatkan kesempatan tersebut untuk dibisniskan dan menghasilkan uang.

Pada masa pandemi sekarang yang mengharuskan setiap orang untuk tetap di rumah, dimulai dari bekerja, belajar (sekolah), berjualan bahkan untuk sekedar berkumpul bersama kawan saja sangat susah. Pandemi di Indonesia sekarang sudah memasuki tahap serius dan sudah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di sebagian provinsi dan daerah. Bukan hanya membatasi setiap orang untuk berinteraksi secara langsung, namun program ini pun secara tidak langsung membuat setiap penjual atau pemilik kedai atau kafe harus tutup atau terbatas untuk melakukan penjualan. Lalu, bagaimana dengan bisnis dan aktifitas generasi milenial pada pandemi saat ini? Apakah selama dirumah mereka lebih konsumtif?.

Menurut IDN Times generasi milenial dibagi menjadi dua, Senior milenial dengan usia sekitar 28-35 tahun dan junior milenial dengan usia sekitar 20-27 tahun. Memiliki 3 karakter yaitu connected, confident dan creative. (Utomo, 2019) sehingga banyak ditemukan bahwa anak-anak jaman sekarang berbisnis dan menjual produknya dengan berbagai kreatifitas dan tidak merasa kehabisan ide. Sehingga ketika pandemi seperti ini diharuskan berada dirumah, mereka tidak merasa terbatas atau bahkan harus merasa mati kutu di rumah.

Ketika keluar rumah tidak boleh, mereka memilih untuk menggunakan jasa antar makanan. Hal tersebut berkaitan dengan sifat mereka yang konsumtif, dalam satu hari mereka bisa memesan jasa antar lebih dari dua kali, baik makanan atau minuman yang dibutuhkan atau yang hanya sekedar ingin. Bukan hanya makanan atau minuman, namun di jaman sekarang pun untuk membeli suatu barang atau mengantarkan barang kita hanya perlu diam dirumah saja dengan melakukan pembayaran secara cashless.

Untuk mereka yang berbisnis, pada masa pandemi sekarang pun mereka tetap produktif. Karena mereka dibesarkan oleh kemajuan, dibandingkan dengan generasi sebelumnya mereka lebih berteman baik dengan teknologi. Generasi ini pun lebih melibatkan teknologi pada kehidupan mereka, apapun yang dilakukan hanya dalam satu genggaman yaitu melalui smartphone.

Dengan menggunakan perangkat tersebut para millennials dapat menjadi individu yang lebih produktif dan efisien. (Budiati et al., 2018). Bukan hanya konsumtif, tapi mereka bisa menjadi produktif. Mereka berbisnis atau menjual produknya melalui digital marketing beserta ide dan kreatifitas. Contohnya pada pandemi saat ini, masker atau desinfektan yang digunakan untuk mencegah menularnya Covid-19 sudah langka. Bukan hanya susah di dapat, namun harga pun sudah diatas normal, masker yang biasanya dijual dengan harga 3000 bisa dijual dengan harga 8000/pcs.

Mereka yang memiliki karakter memanfaatkan informasi yang ia dapatkan itu, mereka membuat sebuah masker yang dibutuhkan oleh orang lain lalu ia jual dengan harga yang masuk akal. Dan dengan memanfaatkan teknologi, masker tersebut ia promosikan dan dijual melalui sosial media yang nantinya untuk proses antar pun bisa menggunakan aplikasi online untuk diantarkan. Untuk pembayaran nya pun secara cashless yaitu menggunakan aplikasi bayar seperti m-banking misalnya.

Semua ia lakukan dengan hanya diam dirumah menggunakan smartphone dari mulai mencari informasi, promosi, penjualan dan komunikasi. Atau contoh lainnya jika dilihat dari karakter yang kreatif penuh inovasi, ketika suatu kedai kopi diharuskan tutup atau hanya melayani pesan antar saja tidak membuat pemilik kedai kopi merasa rugi atau bingung. Dengan karakter yang mereka miliki, mereka membuat kopi yang biasanya diseduh dan dinikmati secara langsung di kedai menjadi sebuah satu botol kopi yang siap diantarkan ke tujuan pemesan.

Pemilik kedai pun menambahkan pesan bahwa kopi tersebut dapat menemani orang-orang untuk diam dirumah, untuk bekerja atau mengerjakan tugas dari kampus. Hal itu pun dipasarkan atau dipromosikan melalui sosial media yang memiliki jangkauan luas tanpa harus bertemu secara langsung.

Digital marketing pada pandemi kali ini sangat berguna dan bermanfaat, karena mengurangi kontak fisik. Bahkan sebelum Corona hadir, digital marketing sudah digunakan oleh semua orang dari berbagai umur bukan hanya generasi milenial. Namun dengan himbauan untuk tetap berada dirumah, setiap orang lebih banyak menghabiskan waktu dan aktifitas nya dirumah sehingga banyak melakukan kegiatan berbasis digital.

Dengan terbatasnya setiap aktifitas, waktu bahkan keharusan tutup sementara bagi generasi milenial ini bukan masalah besar. Karena mereka bisa menggunakan berbagai cara dan berbagai ide untuk tetap produktif. Yang biasanya toko suatu barang buka dan melakukan penjualan serta transaksi secara langsung, kini dengan tutup sementara mereka bisa mempromosikan dan menjual barang tersebut melalui sosial media atau marketplace.

Kesimpulannya, generasi milenial pada masa pandemi ini tidak akan merasa terbatas atau merasa tidak bebas. Karena memang dasarnya mereka memiliki karakter yang berteman baik dengan teknologi, sehingga ketika semua serba digital tanpa harus turun terlibat langsung mereka tetap produktif.

Bahkan dengan pandemi ini, mereka akan lebih produktif karena mereka bisa menghasilkan sesuatu yang berkaitan dengan pandemi ini dirancang sekreatif mungkin agar semua orang tetap dirumah namun dapat tetap mendapatkan produk yang diinginkan. Dan dengan di rumah saja, mereka tetap mendapatkan informasi terbaru dari smartphone yang ia gunakan.***