Oleh Asep Lukman (Asluk)
Aktivis Jawa Barat dan pemerhati politik
Takdir kemenangan Anies Baswedan sangat ditentukan oleh dirinya sendiri. Relawan adalah elemen yang statusnya sebagai marketing, sama sekali bukan lah tim sukses. Kenapa demikian? karena sejatinya yang akan mensukseskan Anies Baswedan itu sangat tergantung pada diri Anies sendiri.
Jika dianalogikan, sosok Anies ibarat sebuah produk. Baik dan atau buruknya suatu produk, jelas akan sangat menentukan pada berat dan atau ringannya kerja para marketing dalam menawarkan pada konsumen. Dan sudah menjadi hukum alam semua konsumen senantiasa menginginkan prodak yang baik. Artinya, sehebat apapun kepiawaian dan kegigihan para marketing, akan banyak kendala jika harus memasarkan produk yang kurang diminati.
Kini relawan-relawan Anies Baswedan begitu mudah terbentuk yang bermunculan laksanan jamur di musim hujan. Itu suatu bukti sosok yang memiliki daya tarik yang begitu kuat, sekaligus bermakna. Umumnya masyarakat sepakat untuk menggantungkan harapannya pada beliau dalam melakukan perubahan nasib.
Kejadian demikian tentu tidak bisa serta merta diklaim bahwa menjamurnya relawan-relawan Anis itu merupakan hasil inisiasi si “Badul” dan atau si “Pulan”. Kenapa..? Hal itu merupakan reaksi alami yang terstimulus oleh pribadi Anies sendiri sebagai medan magnetnya.
Sudah sewajarnya sebagai sosok yang memiliki harapan menjadi presiden banyak melakukan pencitraan. Karena bagaimana mungkin masyarakat dapat terpikat jika dirinya tidak melakukan sesuatu yang layak untuk dicitrai sebagai calon pemimpin. Dan kini pencitraan yang dilakukan Anies Baswedan cukup selaras dengan kondisi masyarakat yang semakin kesini semakin dewasa dalam menilai. Kini masyarakat pun tidak mudah ditipu oleh gaya-gaya, wajah-wajah hasil “Operasi plastik. Yang nampak indah ketika dilihat luarnya, namun di dalam sarat kepalsuan.
Natural
Anies merupakan sosok yang dapat tampil secara naturalis, elegan serta Konstitusional. Umumnya masyarakat mencitrainya sebagai sosok yang cerdas, berakhlak, religius dan pandai berorasi. Di mana citra tersebut sama sekali tidak bersifat kamuflase, namun murni merupakan citra yang erat melekat pada dirinya. Selain itu umumnya masyarakat memandang Anies baswedan adalah sosok yang profesional dan proposional.
Namun citra Anies Baswedan yang natural itu jangan sampai dikotori oleh siapapun yang mejadi pendukungnya. Jangan ada satupun pihak pendukung yang melontarkan statemen juga cara-cara yang malah menimbulkan polemik. Dan atau melakukan hal-hal perbuatan yang dampaknya merusak citra sang figur.
Semua pendukung Anies harus bisa meniru langkah-langkah beliau dalam membangun pencitraan. Yaitu suatu pola pencitraan yang etis, logis serta sarat edukasi. Intinya, semua pendukung harus menjauhkan diri dari pola-pola pencitraan yang sarat didasari oleh rasa kebencian dan dendam serta fitnah.
Sebaiknya tim yang paling bertanggung jawab atas kemenangan Anies pun jangan sampai terlena oleh menjamurnya para relawan. Tapi yang semestinya dilakukan adalah cukup mengontrol, mengkondisikan para relawan agar tetap bisa bekerja secara “tulus ikhlas dan enjoy”. Tanpa ada hal-hal yang mengganggu psikologi mereka.
Semisal kejadian kemarin dalam acara Kongres Nasional antar simpul relawan di Jakarta pada 25 september 2022. Acara yang diprakarsai oleh salah satu relawan dan tim panitia yang di Hotel A one jln Wahid Hasyim Perlu diketahui, bahwa dalam acara Kongres Nasional tersebut ada pihak-pihak (Relawan) yang psikologinya merasa terganggu atau menjadi kurang nyaman. Karena adanya pihak (Relawan) yang mengklaim dan bahkan mendikte, memberi arahan terhadap semua perwakilan relawan yang hadir dari berbagai provinsi. Kejadian seperti itu semestinya dijadikan catatan agar tidak terulang.
Kesimpulan
Relawan mutlak tumbuh dari akar rumput dengan potensi dan corak profesinya yang beragam. Biarkanlah mereka bergerak secara alami sesuai kapasitasnya masing-masing. Jangan ditaburi oleh bumbu-bumbu penyedap yang mengakibatkan kepala mereka menjadi pusing tujuh keliling. Karena seawam apapun mereka, dipastikan secara alamiah akan memilki strategi tersendiri untuk memenangkan sang idolanya.
“Jangan dikira orang buta tidak pekak dalam meraba rasa, mereka tetap hati-hati dengan itikad busuk yang berencana memperdayanya”.***