KAPOL.ID – Bakti Karya Educational Research and Consulting (ERC) menggelar kegiatan ‘ERC Talk’ yang bertajuk “Apa itu sekolah?” di Kopi Liyane Cipayung Jakarta Timur pada Senin (3/10). Kegiatan diskusi serial pendidikan ini berlangsung beberapa jam hingga tengah malam.
Menurut Nurul Hidayat (26), salah seorang aktivis ERC sekaligus moderator pada diskusi ini mengatakan bahwa diskusi ini dihentikan oleh waktu yang terlalu malam.
“Padahal masih banyak topik segar yang masih banyak untuk didiskusikan,” imbuhnya.
Bahkan beberapa peserta sesekali menyela pembicaraan pemantik ataupun moderator jika terdapat pernyataan-pernyataan yang berseberangan dengan pikirannya.
Pembicara yang memantik diskusi ini adalah praktisi pendidikan Ai Nurhidayat. Melalui pengalamannya, Ai memulai wacana tentang pertanyaan enteng “apa itu sekolah?” Bagi Ai, sekolah itu kehidupan, dan kehidupan adalah sekolah.
Namun menurut Ai, sekolah saat ini tengah menjelma sebatas lembaga pendidikan yang sayangnya mengandung banyak beban. Publik kerap menilai sekolah adalah beban. Padahal, tokoh pendidikan sekelas Ki Hadjar Dewantara saja menghendaki sekolah seperti sebuah taman. Orang datang ke sekolah dengan suka cita, tidak ada tekanan, tidak ada PR, tidak ada raport, semuanya bersuka ria dan kembali ke rumah dengan rasa ingin tahu yang lebih besar lagi.
“Di dalam kehidupan, kita semua belajar. Belajar apapun! Itu menandakan bahwa hidup ini adalah arena belajar tanpa batas ruang dan waktu, asalkan ada proses pembelajaran di dalamnya. Termasuk diskusi seperti ini,” terangnya.
Selanjutnya Ai menghimbau seluruh peserta diskusi untuk menghidupkan tradisi diskusi. Kalaupun belum bisa memberikan solusi, setidaknya menggambarkan bahwa masih terdapat orang-orang yang berupaya mencari jalan keluar atas permasalahan saat ini.
Akhirnya, setelah berdialog panjang, kegiatan ‘ERC Talk’ ditutup oleh moderator. Moderator mengumumkan bahwa ‘ERC Talk’ akan hadir kembali beberapa minggu ke depan dengan topik pembahasan yang tidak kalah menariknya dengan hari ini.
Acara diakhiri dengan kalimat syukur yang menjadi ciri khas pegiat di Bakti Karya.
Reportase: Muh Hauzan Qois Syihab, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina